Juru Bicara Pentagon: Sulit Wujudkan Perdamaian dengan Kelompok Taliban

Baca Juga

MATAINDONESIA, INTERNASIONAL – Pembunuhan warga sipil dalam konflik Afghanistan meningkat menjadi lebih dari 2,900 jiwa tahun lalu, kata komisi Hak Asasi Manuasia di negara tersebut. Padahal, ada peningkatan diplomasi untuk mengakhiri perang termasuk pembicaraan damai di Qatar.

Kematian adalah bagian dari peningkatan kekerasan yang lebih luas yang mengancam proses perdamaian yang sangat rumit, merusak seruan internasional untuk gencatan senjata saat pemerintah Afghanistan mengambil bagian dalam proses negosiasi perdamaian dengan Taliban.

Fakta ini membuat pemerintahan Presiden Joe Biden skeptis dapat menyelesaikan proses negosiasi dengan Taliban kecuali bila kelompok militant tersebut memenuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan 2020.

“Tanpa mereka memenuhi komitmen untuk meninggalkan terorisme dan menghentikan serangan kekerasan terhadap Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan … sangat sulit untuk melihat cara khusus ke depan untuk penyelesaian yang dinegosiasikan, tetapi kami masih berkomitmen untuk itu,” ungkap juru bicara Pentagon, John Kirby.

Perjanjian Februari 2020 dengan kelompok Taliban, menyerukan penarikan lengkap pasukan AS pada Mei 2021 dengan imbalan, pemberontak memenuhi jaminan keamanan di bumi Afghanistan.

Sementara pejabat dan diplomat AS sangsi, mengingat hubungan antara Taliban, terutama cabang jaringan Haqqani dan al-Qaeda tetap dekat. Sang juru bicara sendiri mengungkapkan bahwa Taliban enggan menyutujui syarat yang diajukan.

“Sejauh ini, Taliban secara sopan, enggan memenuhi persyaratan mereka,” sambung Kirby, melansir Reuters, 29 Januari 2021.

Amerika Serikat memutuskan untuk menarik dan hanya menyisakan 2,500 pasukannya di Afghanistan awal bulan ini –beberapa saat sebelum Donald Trump lengser dari jabatannya. Angka ini merupakan yang terendah, sejak AS mengirim pasukan tahun 2001.

Kirby menambahkan, belum adal keputusan yang dibuat oleh pemerintahan Presiden Joe Biden mengenai jumlah pasukan AS di Afghanistan di masa mendatang. Sedangkan para diplomat khawatir, berkurangnya pasukan AS justru akan meningkatkan kekerasan di Afghanistan, terutama yang dilakukan oleh kelompok Taliban.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan mengatakan kepada mitranya dari Afghanistan bahwa Paman Sam akan meninjau ulang perjanjian perdamaian dengan kelompok Taliban.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini