MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Amerika Serikat (AS) akan kembali menghadapi gelombang eksodus migran asal Amerika Tengah. Ratusan warga bermalam di luar terminal bus di kota San Pedro Sula, Honduras, menunggu dengan cemas keberangkatan rombongan lain yang berharap Negeri Paman Sam.
Berdasarkan televisi lokal, jumlah rombongan meningkat, banyak dari para migran membawa serta anak-anak mereka. Otoritas Amerika Tengah sendiri sejatinya telah mengerahkan tentara ke perbatasan regional demi mencegah para migran menyeberang.
Rombongan migran ini merupakan yang pertama di tahun 2021. Mereka datang beberapa hari sebelum Presiden AS terpilih, Joe Biden dilantik. Biden sendiri berjanji akan lebih ramah kepada para migran yang berasal dari Amerika Tengah.
Bukan hanya itu, Biden juga memastikan pemerintahannya akan mengakhiri Protokol Perlindungan Migran atau MMP –program kontroversial yang dibuat Presiden Donald Trump yang diteraphan tahun 2019.
Berbagai problematika yang dihadapi negara-negara di kawasan Amerika Tengah, seperti pandemi virus corona, krisis kelaparan, angka kekerasan yang kian meningkat, dan badai besar yang melanda, pada November tahun lalu, membuat banyak warga memutuskan hijrah, mencari kehidupan lebih baik di negara penuh pesona, Amerika Serikat.
Melansir Reuters, pihak berwenang di Amerika Tengah dan Meksiko telah meningkatkan upaya untuk menghentikan rombongan sebelum mereka tiba di perbatasan AS, menggunakan tindakan anti-virus corona sebagai alat terbaru untuk membatasi para migran.
Hal ini mungkin akan memberikan sedikut nafas lega bagi Biden dan para stafnya yang secara pribadi menyatakan keprihatinan mengenai prospek semakin meningkatnya angka migran yang ingin memasuki Amerika Serikat di awal masa pemerintahannya.
Guatemala mengumumkan keadaan darurat di tujuh provinsi perbatasan, yang menjadi tempat transit dalam perjalanan ke Meksiko. Honduras dan Guatemala telah mengumumkan bahwa kedua negara akan mengerahkan ribuan tentara untuk menghentikan rombongan migran secara dini.