MATA INDONESIA, JAKARTA-Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan sektor industri agro patut diberikan apresiasi mengingat pada kuartal kedua ini, nilai ekspornya menembus 19,64 milyar US dolar atau berkontribusi sebesar 28,24 persen terhadap ekspor nasional.
Diketahui, sektor industri agro terus memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal II tahun 2021, sektor tersebut bahkan berkontribusi sebesar 8,77 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, atau 50,59 persen terhadap pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada kuartal II tahun 2021 telah mencatatkan surplus sebesar 1,3 miliar US dolar. Jumlah tersebut sudah jauh membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020, yang mengalami defisit 0,6 US dolar miliar.
Capaian baik tersebut tidak terlepas dari dukungan di sektor hulu, dalam hal ini termasuk industri agro.
Ditambah lagi, sebagian besar industri agro merupakan sektor kritikal yang perlu dijaga aktivitas produksinya karena untuk memenuhi kebutuhan kosumen. Sehingga, sektor tersebut justru berkembang selama pandemi Covid-19.
“Pada saat PPKM, sektor industri ini tetap beroperasi. Apalagi, sektor industri sudah menyadari bahwa menjaga produktivitas, perlu menjaga kesehatan dan keselamatan para pekerjanya,” katanya.
Sebagai upaya menggenjot performa sektor industri agro, Kemenperin terus mendorong peningkatan dan penguatan melalui implementasi industri 4.0.
Selanjutnya, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, pemanfaatan sumber daya alam bagi industri, pembinaan industri hijau dan industri strategis, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
Selain itu, perencanaan dan pembinaan standarisasi industri, pembinaan jasa industri, serta pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha industri pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri makanan, hasil laut, dan perikanan, dan industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar.
Menurut Putu, industri agro sebagai industri hilir dari sektor pertanian telah membuat kebijakan strategis dengan menargetkan pengalihan bahan baku impor untuk beberapa komoditas dengan produk dalam negeri sebesar 22 persen.
“Tentu hal tersebut merupakan peluang yang besar pada sektor hulu seperti pertanian untuk memenuhi ceruk pasar yang tersedia dalam memasok kebutuhan bahan baku industri,” ujarnya.