MATA INDONESIA, NEW YORK – Perdana Menteri, Israel Naftali Bennett mengatakan bahwa Iran telah melewati semua garis merah dalam program nuklirnya. Ia pun bersumpah bahwa Israel tidak akan membiarkan Teheran memperoleh senjata nuklir.
Dalam pidato pertamanya dalam Sidang Majelis Umum PBB, Bennett juga mengatakan Iran berusaha mendominasi Timur Tengah di bawah payung nuklir. Ia mendesak upaya internasional yang lebih terpadu untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran, tetapi Bennett mengisyaratkan Israel potensi bertindak sendiri terhadap Teheran.
“Program nuklir Iran telah mencapai titik penting dan begitu juga toleransi kami. Kata-kata tidak menghentikan sentrifugal berputar. Israel tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir,” tegas Naftali Bennett, melansir Reuters, Selasa, 28 September 2021.
Bennett, seorang politisi sayap kanan yang menentang kenegaraan Palestina, juga memicu reaksi kemarahan Palestina setelah ia gagal menyebutkan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.
Bennett, yang mengakhiri 12 tahun masa jabatan Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri pada Juni, ingin Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengeraskan pendiriannya terhadap Iran, musuh bebuyutan regional Israel.
Bennett juga secara tegas menentang upaya AS untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang ditinggalkan oleh pendahulu Biden, Donald Trump, pada 2018.
Pembicaraan tidak langsung AS-Iran di Wina terhenti karena Washington menunggu langkah selanjutnya oleh Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi.
Bennett memberikan nada yang kurang agresif di PBB daripada Benjamin Netanyahu, yang sering mengandalkan alat peraga untuk mendramatisasi tuduhannya terhadap Iran, sebuah pendekatan yang dicemooh oleh para kritikus sebagai aksi politik.
Tetapi Bennett sama kerasnya dengan Netanyahu dalam berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah Iran – yang dipandang Israel sebagai ancaman eksistensial, membangun senjata nuklir.
“Program senjata nuklir Iran berada pada titik kritis. Semua garis merah telah dilewati. Jika kita berusaha keras, jika kita serius menghentikannya, jika kita menggunakan akal, kita bisa menang,” kata Bennett.
Biden mengatakan kepada Bennett dalam pembicaraan Gedung Putih pada Agustus bahwa dia mengutamakan “diplomasi” dengan Iran tetapi jika negosiasi gagal, dia akan siap untuk beralih ke opsi lain yang tidak ditentukan.
Badan pengawas atom PBB mengatakan dalam laporan Agustus bahwa Iran telah mempercepat pengayaan uranium hingga mendekati tingkat senjata.
Bennett juga membidik Raisi, menyebutnya sebagai penjagal Teheran dan menuduhnya melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama bertahun-tahun. Raisi, seorang ulama Syiah, berada di bawah sanksi AS atas tuduhan pelanggaran hak ketika dia menjadi hakim.
“Phobia Iran merajalela di PBB. Israel tidak dalam posisi untuk membahas program damai kami ketika memiliki ratusan hulu ledak nuklir,” tulis Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi dalam akun Twitter-nya merujuk pada status Israel yang diyakini secara luas sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah.