Israel adalah Rezim Kriminal yang Penuh Dosa

Baca Juga

MATA INDONESIA, TEPI BARAT – Pewaris keluarga ikonik Zionis dan putra mantan Perdana Menteri Israel, Moshe Sharett, Yaakov Sharett mengatakan bahwa perubahan politik membuatnya meninggalkan ideologi yang pernah keluarganya anut.

“Israel dan perusahaan Zionis dilahirkan dalam dosa,” kata Sharett dalam sebuah wawancara dengan Haaretz, melansir Kayhan.ir.

Pria berusia 95 tahun itu berbicara panjang lebar mengenai perjalanannya dari seorang hamba setia Zionisme di rezim Zionis, kini menjelma menjadi salah satu pengkritik yang paling keras.

Sharett lahir tahun 1927 dan dikatakan berasal dari keluarga yang terhubung dengan baik dari Yishuv, komunitas Zionis di Palestina. Ayahnya adalah menteri luar negeri pertama rezim pendudukan dan salah satu pemimpin negara yang menandatangani apa yang disebut Deklarasi Kemerdekaan tahun 1948.

Sharett juga melayani rezim pendudukan sebagai anggota Shin Bet, yakni agen mata-mata rezim, dan membantu Soviet melarikan diri ke wilayah-wilayah pendudukan.

Mengakhiri hari-harinya di Tel Aviv sebagai anti-Zionis, Sharett memprediksi hari-hari kelam bagi rezim yang dia habiskan hampir sepanjang hidupnya untuk mengabdi.

“Dosa asal ini mengejar dan akan mengejar kita dan menggantung di atas kita,” kata Sharett mengacu pada pembersihan etnis Palestina sebelum penciptaan rezim pendudukan tahun 1948.

Sebagaimana diketahui, lebih dari separuh masyarakat Palestina diusir dalam upaya untuk membangun secara artifisial Zionis.

Sharett mengenang sejarah Zionisme dan kebangkitannya dalam komunitas Zionis. Dia berargumen bahwa saat Zionisme menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk berimigrasi ke wilayah-wilayah pendudukan, untuk mendirikan rezim ‘etno-nasionalis’, sebuah konflik tercipta.

“Saya melihat dalam keseluruhan transformasi mayoritas (Arab) menjadi minoritas dan minoritas (Yahudi) menjadi mayoritas sebagai tidak bermoral,” jelas Sharett.

“Pernahkah Anda melihat di mana pun di dunia di mana mayoritas akan setuju untuk menyerah pada penjajah asing, yang mengatakan, ‘nenek moyang kita ada di sini,’ dan menuntut untuk memasuki tanah dan mengambil kendali?” Sharett bertanya secara retoris.

“Konflik itu melekat dan Zionisme menyangkal ini, mengabaikannya… karena proporsi orang Yahudi terhadap orang Arab berubah mendukung orang Yahudi, orang-orang Arab menyadari bahwa mereka kehilangan mayoritas. Siapa yang akan setuju dengan hal seperti itu?” katanya.

Menyesali kehadirannya yang berkelanjutan di wilayah pendudukan, Sharett mengatakan bahwa ia melihat dirinya sebagai kolaborator yang bertentangan dengan keinginannya.

“Saya seorang kolaborator paksa dengan rezim kriminal. Saya di sini, saya tidak punya tempat untuk pergi. Karena usia saya tidak bisa pergi kemana-mana. Dan itu mengganggu. Setiap hari pengakuan ini tidak akan meninggalkan saya. Pengakuan bahwa pada akhirnya, Israel adalah rezim yang menduduki dan melecehkan orang lain,” tuturnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini