MATA INDONESIA, TEHERAN – Televisi pemerintah Iran mengungkapkan dalang di balik ledakan yang terjadi di situs pembangkit nuklir utama Natanz. Mengutip Kementerian Intelijen, TV pemerintah mengungkpakan bahwa seorang pria yang diidentifikasi sebagai Reza Karimi sedang dalam pencarian.
Reza Karimi diketahui telah melarikan diri dari Iran sebelum terjadi serangan di situs pembangkit nuklir utama Natanz pada 11 April. Dalam sebuah video rekaman yang ditayangkan menunjukkan foto yang diduga sebagai Reza Karimi.
“Langkah-langkah yang diperlukan sedang dilakukan untuk penangkapan dan pemulangnya ke Iran melalui jalur hukum,” kata laporan tersebut, melansir Middle East Eyes.
Iran dilaporkan telah meminta bantuan Interpol untuk memburu pria berusia 43 tahun tersebut.
Sebelumnya, Teheran menyalahkan musuh bebuyutan, Israel atas insiden di situs nuklir Natanz. Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa Teheran akan membalas dendam atas apa yang dilakukan Israel.
Otoritas Iran menggambarkan insiden tersebut sebagai tindakan terorisme nuklir dan berhak untuk mengambil tindakan terhadap para pelakunya. Zarif mengungkapkan, apa yang dilakukan Israel tak lain karena kemajuan teknologi nuklir Iran.
Situs pengayaan uranium Natanz – yang mayoritas berada di bawah tanah, adalah salah satu dari beberapa fasilitas Iran yang dipantau oleh inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) – pengawas nuklir PBB.
Pada Jumat (16/4), Teherann resmi memulai pengayaan 60 persen uranium di fasilitas nuklir Natanz, kata Kepala Organisasi Energi Aton Iran, Ali Akbar Salehi. Sebelumnya, Ketua Parlemen Mohammad Qalibaf mengatakan para ilmuwan Iran telah berhasil mulai memperkaya 60 persen uranium.
“Kami memproduksi sekitar sembilan gram 60 persen uranium yang diperkaya per jam. Tapi kami harus mengerjakan pengaturan untuk menurunkannya menjadi 5 gram per jam,” kata Ali Akbar Salehi, melansir Reuters (16/4).
Sesuai dengan perjanjian yang disepakati pada 2015, negara yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani itu hanya diperbolehkan memperkaya uranium hingga 3,67 persen. Angka ini jauh dari yang diperlukan mengembangkan senjata nuklir, yaitu 90 persen.
Pemerintah Amerika Serikat secara tegas menyatakan keberatan dengan langkah Iran meningkatkan persentase pengayaan uranium hingga 60 persen. Meski, Iran telah menegaskan bahwa program nuklir tersebut bertujuan damai, yakni untuk sumber energi listrik.