MATA INDONESIA, JAKARTA-Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kinerja tantangan terbesar bagi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ke depan adalah investasi yang tidak murah, khususnya bagi yang baru mempunyai anak usaha bank digital.
Pasalnya, investasi diperlukan tidak hanya untuk pengembangan aplikasi, tapi juga pengalaman pengguna dan keamanan siber.
“Bank BUMN yang punya anak usaha bank digital di tahun-tahun awal biaya operasionalnya meningkat signifikan, modal yang dibutuhkan untuk investasi dari bank konvensional,” ujar Bhima.
Dia mencontohkan seperti BNI yang baru saja mengakuisisi Bank Mayora yang akan dijadikan bank digital. Pada awal pembentukannya perseroan harus menyiapkan investasi di bidang teknologi, SDM, serta sistem pelayanan.
Investasi itu, lanjut Bhima, dipastikan sangat mahal dan akan menguras modal tahun awal. Tantangan lainnya, tambah Bhima, adalah BNI belum memiliki ekosistem seperti halnya bank digital swasta yang memiliki ekosistem e-commerce atau ride hailing.
“Meski demikian, ke depan setelah model bisnis teruji dan dapat respons positif dari nasabah, akan meningkatkan profitabilitas BNI,” kata Bhima.
Bhima menyampaikan keberhasilan BNI mengembangkan bank digital juga dipastikan akan berdampak pada prospek saham BBNI.
Apalagi jika bank digital milik BNI bisa melakukan customer acquisition secara cepat. “Prospek saham BNI cukup positif. Saham BBNI dalam enam bulan terakhir melesat 45,6 persen juga dipengaruhi oleh ekspektasi pengembangan anak usaha bank digital,” ujar Bhima.