MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memulai pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan. Konstruksi IKN ini dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan sebuah transformasi ibu kota yang baru.
Transformasi adalah sebuah keinginan yang membutuhkan keyakinan dan tekad. Jika berbicara mengenai keterbatasan, maka sebenarnya keterbatasan merupakan persoalan yang manusia definisikan sendiri.
Terkait dengan keterbatasan, maka kemungkinan majunya proyek ini akan tergolong lambat. Tetapi jika suatu hal didasari pada keinginan, maka keterbatasan itu akan bisa diatasi dengan mudah.
Di dalam bisnis terdapat sebuah peluang (opportunity). Dengan hal tersebut, hambatan maupun ancaman saat ini dianggap menjadi sebuah pra-syarat untuk mendapatkan sebuah peluang yang potensial. Ini bisa menjadi sebuah instrumen untuk mengidentifikasi apa yang membuat sesuatu tidak dapat dicapai.
Banyak diskusi yang mengemukakan ketidaksetujuan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), banyak yang menyinggung soal masalah keuangan. Sebetulnya permasalahan keuangan ini dapat diatasi apabila pihak yang berwenang dapat mengkalkulasinya dengan baik.
Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani mengatakan“Jadi yang kita dorong adalah kita bantu pemerintah untuk merealisasikan apa keinginannya secara rasional.”
Jika dilihat dari sisi manajemen, detail biaya pembangunan IKN ini kemungkinan besar sama dengan biaya yang dibuang untuk menghadapi kemacetan di Jakarta. Namun hal ini memang tidak berasa karena ini dinilai sebagai beban individu.
IKN adalah suatu bentuk perwujudan cita-cita sejak zaman dahulu, bahwa pemimpin negara menginginkan adanya pembangunan nusantara.