MATA INDONESIA, JAKARTA – Wacana penggabungan atau merger antara Grab dan Gojek dikabarkan didorong oleh orang terkaya Jepang, Masayoshi Son. Dia adalah pendiri sekaligus CEO Softbank.
Menurut kabar dari orang terdekat Masayoshi pembahasan soal merger ini sebenarnya sudah dibicarakan sejak dua tahun lalu, namun karena tidak ada urgensinya maka tidak lanjut.
Kala itu, Softbank tak setuju karena Masayoshi percaya waktu itu bisnis ride-hailing akan jadi industri monopoli di mana yang paling banyak uang menguasai pasar.
Namun padangan itu lantas berubah. Maret lalu, Softbank dan Son dilaporkan mendorong agar Grab dan Gojek bersatu sebelum pasar berdampak serius oleh corona (COVID-19). Bisa jadi ini upaya Softbank untuk menyehatkan keuangannya.
Maklum mereka sempat menelan serangkaian kerugian besar usai investasinya di WeWork dan menjadi kerugian perdana selama 14 tahun terakhir. Tercatat nilai kerugiannya mencapai 8,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 124 triliun.
Alhasil Sofbank terpaksa menjual aset 41 miliar dolar AS untuk membayar utang. Divestasi paling menonjol pada 13 September dengan menjual ARM Holdings kepada Nvidia senilai SUD 40 miliar.
Hanya saja dorongan Son dan Softbank agar Grab dan Gojek merger tentu tidak akan mudah. Pasalnya, menurut laporan The Business Times, Alibaba sedang dalam pembicaraan untuk menginvestasikan 3 miliar dolar AS ke Grab dan itu akan membuat valuasinya menjadi 13,1 miliar dolar AS. Hal itu dapat membuat potensi merger menjadi rumit dalam hal pertimbangan antitrust.
Sebagai gambaran, Softbank kini tercatat sebagai pemegang saham di Grab dan Gojek. Selain itu, ada juga sederet investor lain yang ikut berinvestasi di Grab dan Gojek yaitu Alibaba, Tencent, Mitsubishi, PayPal, Google, Facebook dan Visa.