MATA INDONESIA, PARIS – Kekerasan meletus ketika tokoh sayap kanan Prancis, Eric Zemmour mengadakan rapat umum kampanye pertamanya pada Minggu (5/12) di dekat Kota Paris. Rapat ini diadakan setelah ia secara resmi menyatakan pencalonannya untuk pemilihan Presiden Prancis yang akan digelar pada April tahun depan.
Sebuah kelompok anti-rasisme merilis video di Twitter yang menunjukkan anggotanya, yang memakai sweater hitam dengan tulisan “Tidak untuk rasisme” dipukuli oleh orang-orang di rapat umum. Pria itu kemudian diseret keluar ruangan secara brutal.
“Setidaknya dua orang mengalami pendarahan,” demikian dilaporkan kantor berita AFP, menambahkan bahwa bentrokan berlanjut di luar ruangan antara aktivis anti-rasisme dan penjaga keamanan.
“Dalam beberapa detik kursi dilempar, para aktivis dijatuhkan ke tanah dan dipukuli. Setidaknya dua dari mereka mengalami luka serius, sementara yang lain terkena pukulan. Di Prancis, tahun 2021, ketika kami tiba di sebuah pertemuan untuk mengatakan tidak pada rasisme, kami berakhir dengan kepala berdarah,” kata Dominique Sopo, presiden SOS Racism.
Dominique menegaskan bahwa para aktivis akan mengajukan tuntutan menyusul insiden tersebut.
Sementara itu, Zemmour yang akrab dengan lontaran ujian kebencian telah meluncurkan slogan kampanyenya “Mustahil bukan bahasa Prancis”, sebuah kutipan yang dikaitkan dengan Napoleon Bonaparte.
“Apa yang dipertaruhkan sangat besar. Jika saya memenangkan pemilihan itu, itu tidak akan menjadi satu lagi perubahan (politik), tetapi awal dari penaklukan kembali negara terindah di dunia,” kata Zemmour.
“Mereka mengarang polemik tentang buku yang saya tulis 15 tahun lalu, mereka mengintai kehidupan pribadi saya, memanggil saya segala macam nama… Musuh saya menginginkan kematian politik saya, jurnalis menginginkan kematian sosial saya dan jihadis menginginkan kematian saya,” tuturnya.
Unjuk rasa, yang awalnya berlangsung di gedung konser Paris, telah dipindahkan ke pusat pameran yang lebih besar di pinggiran utara ibu kota. Langkah itu didorong oleh alasan keamanan saat protes terhadap Zemmour berlangsung di ibukota Prancis.
Pawai ini diselenggarakan oleh lebih dari 50 organisasi termasuk partai politik sayap kiri, serikat pekerja dan kelompok anti-rasis. Polisi mengkhawatirkan kemungkinan bentrokan dengan pendukung sayap kanan Zemmour.
Zemmour telah memperoleh kekuatan di panggung politik Prancis dalam beberapa bulan terakhir, mulai menyedot pendukung dari pemimpin Partai Nasional sayap kanan Marine Le Pen, yang telah lama mengatakan dia akan mencalonkan diri sebagai presiden Prancis tahun depan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang mengalahkan Le Pen dalam pemilihan presiden 2017, diperkirakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua tetapi dia belum mengumumkan pencalonannya.
Pemimpin paling kiri dari partai Pemberontak Prancis, Jean-Luc Mélenchon, yang mencalonkan diri sebagai presiden untuk ketiga kalinya, juga menggelar rapat umum pada hari yang sama, mengumpulkan beberapa ribu pendukung di Paris.
Kandidat Presiden Prancis lainnya di sebelah kiri termasuk Walikota Paris Anne Hidalgo untuk partai Sosialis dan MEP Hijau Yannick Jadot.