MATA INDONESIA, JAKARTA – Keberhasilan Pemerintah Jokowi mengevakuasi 238 warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan tidak terlepas dari jerih payah lima orang ini.
Mereka yang notabene orang sehat itu harus berjuang keras masuk pusat wabah virus corona di Wuhan Provinsi Hubei dengan risiko terinfeksi. Apalagi, Provinsi Hubei dan Kota Wuhan sudah dinyatakan sebagai daerah tertutup untuk menghindari penyebaran virus tersebut lebih luas lagi.
Kelima orang itu adalah, Kolonel (Penerbang) Eko Adi Nugroho yang baru satu tahun menjabat Atase TNI Angkatan Udara di Kedutaan Besar RI di Beijing, serta Arianto Surojo, Budi Atyasa, dan Victory Trimulia Gani. Tiga nama terakhir berasal dari Kedutaan Besar RI di Beijing.
Pada 31 Januari 2020 mereka menjalankan misi kemanusiaan dengan terbang ke Bandara Internasional Huanghua di Kota Changsha, Provinsi Hunan siang harinya. Mereka disambut Lambang Andri Prabawa dari KBRI Beijing sayang sudah tiba terlebih dahulu.
Huanghua merupakan bandara terdekat dari Wuhan yang masih beroperasi. Selain itu, Hunan merupakan tetangga provinsi dengan Hubei.
Untuk tiba di Wuhan pertama mereka harus menempuh perjalanan darat selama tiga jam menuju perbatasan Hunan dan Hubei.
Akibat diisolasinya Hubei dari dunia luar, Tim Lima tersebut harus berganti kendaraan di perbatasan kendaraan yang mereka bawa dari Changsha tidak boleh masuk Hubei. Akibatnya mereka harus menyewa kendaraan lagi.
Setelah kendaraan penjemput tiba di Xindian atau pintu perbatasan Hunan-Hubei, maka tim itu bisa masuk Wuhan.
Sementara bus yang sudah disewa KBRI di Beijing mulai bergerak menyisir tempat-tempat di mana WNI berkumpul.
Mengingat titik lokasi kumpul terpencar dan bahkan ada yang jarak antartitik bisa ratusan kilometer itu, maka butuh waktu yang cukup lama untuk membawa para WNI ke Bandara Internasional Tianhe di pinggiran Kota Wuhan.
Di bandara yang sudah tidak didarati pesawat komersial sejak 23 Januari itu sudah menunggu pesawat Batik Air yang dicarter pemerintah Indonesia khusus untuk memulangkan mereka.
Mereka berlima pun segera melakukan pendataan WNI, penyedia konsumsi, dan pengatur keberangkatan pesawat sebagai tugas yang tidak boleh dikesampingkan. Namun mereka juga harus mengoordinasikan, bernegosiasi, dan mengatur teknis penjemputan yang harus selesai dalam waktu kurang dari 24 jam.
Maka tidaklah heran, jika Tim Lima merupakan orang terakhir yang memasuki pesawat Airbus A330-300 yang bertolak dari Wuhan menuju Batam pada 1 Februari 2020 menjelang subuh.
Mereka juga rela ikut dalam karantina di Pangkalan Militer Natuna hingga minggu depan kembali ke keluarga masing-masing.