MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Inggris menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin virus corona yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford dalam upaya memerangi pandemi virus corona.
Izin penggunaan tersebut dikeluarkan setelah pemerintah Inggris menerima rekomendasi dari Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Obat (MHRA).
Akan tetapi, izin menyetujui vaksin virus corona menuai pro dan kontra dari sejumlah kalangan. Pasalnya, masih ada keraguan mengenai efektivitas vaksin virus corona tersebut. Melansir Reuters, Rabu, 30 Desember 2020, berikut pernyataan sejumlah kalangan:
Profesor Imunologi Universitas Padua, Antonella Viola
“Ini merupakan pesan buruk yang membingungkan warga … EMA menyatakan data tidak mencukupi dan MHRA memberikan persetujuan. Meskipun tidak ada keraguan tentang keamanan vaksin, kemanjurannya tidak jelas dan terlalu banyak kesalahan serta pengumuman telah mempersulit interpretasi data.”
Profesor Imunologi, Imperial College London, Danny Altman
“Untuk keluar dari bencana ini, tidak ada alternatif selain memiliki mayoritas populasi yang membawa antibody penetralisir tingkat tinggi. Dengan pengumuman hari ini, itu sudah dalam genggaman kita. Populasi yang kebal pada musim semi mulai terlihat.”
Sekretaris Negara Inggris untuk Kesehatan dan Perawatan Sosial, Matt Hancock
“Ini adalah momen untuk merayakan inovasi Inggris – kami tidak hanya bertanggung jawab menemukan pengobatan pertama untuk mengurangi kematian akibat COVID-19, vaksin ini akan tersedia untuk beberapa wilayah termiskin di dunia dengan biaya rendah, membantu melindungi banyak orang dari penyakit mengerikan ini.”
“Ini juga merupakan penghargaan bagi para ilmuwan Inggris yang luar biasa di Universitas Oxford dan AstraZeneca, yang terobosannya akan membantu menyelamatkan nyawa di seluruh dunia. Saya ingin berterima kasih kepada setiap orang yang telah menjadi bagian dari kisah sukses ini.”
“Meskipun ini merupakan waktu yang penuh harapan, sangat penting bagi setiap orang untuk terus memainkan peran mereka dalam menekan infeksi.”