MATA INDONESIA, SEOUL – Bank Sentral Korea memilih menstabilkan harga dengan cepat. Hal tersebut guna memberikan wawasan tentang kenaikan suku bunga besar-besaran pada bulan Juli lalu.
Sebagai bagian dari penjelasan untuk langkah tersebut, Bank Sentral Korea mengatakan bahwa kenaikan suku bunga yang cepat dan besar diperlukan untuk saat ini. Selain itu, nilai tukar antara dolar-won juga menjadi faktor.
Melansir dari Reuters,pihak bank sentral mengatakan “Begitu inflasi tinggi ditetapkan secara permanen,itu akan membutuhkan respon kebijakan moneter yang jauh lebih kuat. Jadi untuk saat ini,perlu menaikkan suku bunga dengan cepat dan dengan margin yang besar untuk menekan ekspektasi inflasi secara preempative.”
Bank of Korea (BOK) menaikkan suku bunga kebijakannya dengan persentase menjadi 2,50 persen sejak Agustus tahun lalu. Ini merupakan langkah awal BOK untuk mengatasi inflasi.
Inflasi yang Korea alami merupakan inflasi dengan level tertinggi sejak 24 tahun. BOK mengambil langkah dengan menaikan suku bunga 25 basis poin pada bulan Agustus 2022.
BOK telah memperkirakan tahun ini inflasi Korea akan menyentuh angka 5,2 persen dari 4,5 persen yang akan menjadi level tertinggi sejak 1998.
Ini juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 2,6 persen tahun ini dari sebelumnya 2,7 persen.
Hingga akhirnya perkiraan proyeksi ekonomi akan lebih lambat di tahun 2023 yang hanya berkisar 2,1 persen.
Gubernur Bank of Korea, Rhee Chang-Yong mengatakan banknya akan berusaha untuk tidak menaikkan suku bunga dengan margin yang lebih besar dar 25 basis poin.
Bank sentral mengatakan pihaknya melihat inflasi tetap pada level tertinggi untuk jangka waktu lebih lama dari perkiraan.
Hal tersebut terjadi akibat permintaan konsumen tetap kuat dan ketidakpastian ekonomi tetap tinggi. Sementara, penghentian pasokan gas Rusia ke Eropa juga menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh.