MATA INDONESIA, JAKARTA – Tingkat inflasi Indonesia pada bulan September melaju ke level tertinggi sejak Oktober 2015 akibat biaya transportasi yang lebih tinggi menyusul kenaikan harga bahan bakar.
Tingkat inflasi tahunan utama naik menjadi 5,95 persen pada bulan September. Nilai ini naik dari 4,69 persen pada bulan Agustus, tetapi sedikit lebih rendah dari tingkat 6,00 persen yang diperkirakan.
Tingkat inflasi inti tahunan, yang tidak termasuk harga yang dikendalikan pemerintah dan harga pangan yang bergejolak, meningkat pada bulan September menjadi 3,21 persen dibandingkan dengan 3,04 persen pada bulan Agustus dan perkiraan para analis yaitu di angka 3,06 persen.
Melansir dari Reuters, Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono mengatakan “Inflasi September sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM dan inflasi di sektor transportasi.”
Dia mengingatkan bahwa inflasi bisa semakin memanas pada Oktober karena sejumlah daerah belum menaikkan tarif transportasi.
Indonesia menaikkan harga bahan bakar bersubsidi sekitar 30 persen pada awal September 2022 karena pemerintah bergerak untuk mengendalikan tagihan subsidi yang membengkak .
Bank Indonesia (BI) dalam rapatnya pada bulan September menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 basis poin dalam upaya untuk mengendalikan inflasi. Inflasi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya sedikit di atas 6 persen dan inflasi inti pada 4,6 persen pada akhir tahun.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan banknya telah merevisi prospek inflasi untuk akhir 2022 menjadi 6,5 persen dari sebelumnya 4,5 persen.
Di sisi kebijakan, pemerintah berharap BI masih memiliki ruang 100 bps untuk menaikkan suku bunga dari level saat ini, karena pembuat kebijakan moneter telah berjanji untuk menjinakkan inflasi ke kisaran target mereka pada 2023.