MATA INDONESIA, JAKARTA-Perlu adanya terobosan baru berupa inovasi agar industri gula nasional bisa mengatasi persoalan selama ini. Hal itu dikatakan oleh Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin.
Menurut Bustanul persoalan pada industri gula terjadi baik di level hulu maupun hilir. Pada sisi hulu, usaha tani tebu tidak efisien karena produktivitas yang rendah, tambahnya, di sisi lain juga terjadi persaingan dengan komoditas pangan lain yang juga menjadi konsentrasi pemerintah.
“Adapun di hilir, sebagian besar pabrik gula di Jawa sudah berusia tua dan membuat proses produksi tidak efisien karena teknologi sudah jauh tertinggal,” katanya.
Namun di sisi lain, industri makanan dan minuman dalam negeri terus berkembang pesat, katanya, sehingga hal itu mau tidak mau meningkatkan kebutuhan gula yang jalan keluarnya dipenuhi melalui impor gula, termasuk gula rafinasi.
“Salah satu terobosan yang harus segera dilakukan dengan berinvestasi pada penelitian dan pengembangan pabrik gula. Meliputi perbaikan sistem perbenihan dan pembibitan, bongkar ratoon, serta penyuluhan petani tebu yang lebih tersistematis,” katanya.
Hal lain yang tak kalah penting, menurut dia, harus ada insentif bagi petani tebu, apalagi saat ini, petani tebu setidaknya harus menunggu selama 10 bulan untuk bisa mengantongi pendapatan. Hal itu juga harus diperkuat dengan konsolidasi lahan petani menjadi lima hektare untuk mencapai skala keekonomian.
“Harus ada sistem pembiayaan petani tebu yang mendukung cashflow menjadi 2-3 bulan dan konsolidasi lahan untuk meningkatkan produktivitas,” katanya.
Sebelumnya pakar Pertanian Universitas Brawijaya, Sujarwo mengatakan kualitas tebu dan rendemen menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi industri gula nasional.
Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah peningkatan kualitas dan produksi tebu per hektare (ha) serta peningkatan rendemen di pabrik gula sehingga produksi gula yang diperoleh bisa lebih besar sekaligus lebih berkualitas.
“Hal itu nantinya akan memicu upaya peningkatan efisiensi produksi gula sehingga produktivitas meningkat namun dengan biaya produksi yang lebih rendah,” katanya.
Selama kualitas tebu dan rendemen tidak diperbaiki maka permasalahan gula tidak akan selesai, tambahnya, tren impor gula kita terus meningkat setiap tahun ini menandakan ada inefisiensi gula yang makin tinggi.