Rangkaian pertemuan World Water Forum (WWF) ke-10 tahun 2024 di Nusa Dua, Bali menghasilkan diskusi yang konstruktif dalam rangka penguatan kerjasama penanganan berbagai permasalahan air dunia. Negara-negara peserta Forum Air Dunia ini menyatakan komitmen global dalam kontribusinya membentuk masa depan kelestarian air. Indonesia mendorong inisiatif konkret dalam World Water Forum ke-10 tersebut.
Untuk pertama kalinya sejak World Water Forum digelar, persoalan air dunia dibahas di tingkat kepala negara atau High Level Meeting. Presiden Joko Widodo menegaskan World Water Forum ke-10 sangat strategis untuk merevitalisasi aksi nyata dan komitmen bersama dalam mewujudkan manajemen sumber daya air terintegrasi.
Tiga hal yang konsisten didorong Indonesia antara lain, pertama meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusivitas untuk mencapai solusi bersama, terutama bagi negara-negara pulau kecil dan yang mengalami kelangkaan air. Indonesia juga mendorong pemberdayaan hydro-diplomacy untuk kerja sama konkret dan inovatif, menjauhi persaingan dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas.
Bagi Indonesia memperkuat political leadership merupakan kunci sukses berbagai kerja sama menuju ketahanan air berkelanjutan.
Presiden Joko Widodo juga mengungkapkan empat inisiatif baru yang diusung oleh Indonesia dalam World Water Forum ke-10 yakni penetapan World Lake Day, pendirian Center of Excellence di Asia Pasifik, tata kelola air berkelanjutan di negara pulau kecil dan penggalangan proyek-proyek air.
Dalam pidato yang disampaikan, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa air bukan sekedar produk alam, tapi merupakan produk kolaborasi yang mempersatukan kita sehingga butuh upaya bersama untuk menjaganya. Sehingga kondisi Too much water maupun too little water, keduanya dapat menjadi masalah bagi dunia
Sebelumnya, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong mengatakan, peran Indonesia dalam WWF 2024 tidak hanya sebagai tuan rumah, tetapi juga memberikan contoh konkret dalam pengelolaan air. Melalui forum ini, Indonesia memperlihatkan keberhasilan Pembangunan 56 bendungan yang dilakukan selama pemerintahan Presiden Jokowi pada WWF di Bali. Selain itu, kearifan lokal dalam memperlakukan air, seperti sistem subak, juga menjadi bagian dari pengalaman para delegasi. Delegasi telah diajak mengunjungi persawahan di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali untuk melihat sistem pengairan pertanian khas Pulau Dewata tersebut.
Ia berharap, WWF 2024 tidak hanya sebagai sebuah ajang diskusi, tetapi juga menghasilkan perubahan positif dalam perlakuan terhadap air di seluruh dunia. Dia juga menekankan pentingnya melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), akademisi, dan kelompok masyarakat seperti petani dan masyarakat adat agar semangat dalam memperlakukan air ke arah yang lebih baik bisa menjadi sebuah gerakan di level global.
Sebagai negara yang menghadapi tantangan besar dalam isu krisis dan ketahanan air, pangan, energi, kesehatan, dan dampak serius dari perubahan iklim, Indonesia sebagai tuan rumah memastikan bahwa WWF ke-10 tidak hanya menghasilkan diskusi yang produktif, tetapi juga keputusan politik yang dapat diimplementasikan dan memiliki dampak jangka panjang. Kesuksesan forum ini menjadi salah satu tolok ukur kemampuan Indonesia dalam berkontribusi dan beradaptasi dalam tatanan global yang dinamis dan penuh tantangan.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali mengatakan WWF ke-10 menjadi pertemuan monumental untuk mentransformasi semua kebijakan, agar bersama-sama menyongsong masa depan membuat air menjadi sumber kehidupan, pertumbuhan, kedamaian. Melalui WWF 2024 Indonesia menekankan peran penting air dalam kehidupan semua makhluk hidup. Mengingat berbagai tantangan air global seperti kelangkaan, pencemaran, dan bencana alam akibat perubahan iklim, Indonesia ingin menjadikan air sebagai sumber kesejahteraan dan perdamaian, bukan sumber konflik.
Menurut Firdaus Ali, masalah air telah menjadi isu utama dalam berbagai acara dan deklarasi internasional, termasuk tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Salah satu tujuan dalam SDGs yang diadopsi oleh PBB pada 2015 adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Tujuan ini harus dicapai pada tahun 2030.
Pada kesempatan berbeda, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan, Endra S. Atmawidjaja mengatakan, Indonesia memberi pengaruh besar terhadap arah kebijakan di bidang air ini. Ia menjelaskan, sejak awal, pada berbagai forum dunia, Indonesia memang konsisten mendorong persoalan air untuk dibahas di level tertinggi. Harus ada dorongan kuat dari para pengambil kebijakan.
Dalam lanskap global yang terus berubah, perubahan iklim dan tantangan terkait sumber daya air akan terus menjadi isu kritis yang memerlukan respons global. Sebagai tuan rumah WWF ke-10, Indonesia memiliki kesempatan unik untuk memimpin perubahan tersebut dan menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya siap menghadapi tantangan ini, tetapi juga proaktif dalam mencari solusi yang akan membawa kesejahteraan bersama.