MATA INDONESIA, JAKARTA-Pengamat ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik mengatakan Indonesia berpotensi menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia dengan pengembangan potensi yang ada baik di sektor riil, keuangan, dan sosial.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Oktober 2021 pembiayaan yang disalurkan bank syariah naik 7,9 persen secara tahunan menjadi Rp418 triliun. Secara persentase angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan bank umum konvensional yang naik 3,3 persen pada periode tersebut.
Namun hal itu terpaut jauh dengan bank konvesional, dimana bank syariah baru menyalurkan dana Rp418 triliun, sedangkan bank umum Rp5.784 triliun.
Untuk mendorongnya, kata Irfan, ada tiga hal yang dapat dilakukan. Pertama, perlu adanya regulasi dari Pemerintah Indonesia yang mewajibkan beberapa wilayah kerja harus melaksanakan transaksi melalui bank syariah.
Kedua, perbankan syariah harus meningkatkan daya saing dengan cara memberikan layanan yang mudah, murah, dan ramah.
Ketiga, meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah. Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menambahkan Indonesia juga perlu menguatkan literasi dan inklusi keuangan syariah.
Dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, saat ini literasi keuangan syariah baru sekitar 8,93 persen dan indeks inklusi keuangan syariah sekitar 9,1persen, sementara itu inklusi keuangan nasional telah mencapai 76,19 persen.
“Apabila literasi keuangan syariah meningkat artinya semakin banyak masyarakat yang paham mengenai cara kerja perbankan syariah dan manfaatnya seperti apa,” kata Reza.