MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemerintah telah mengeluarkan peraturan untuk mendorong penggunaan energi terbarukan di salah satu penghasil karbon terbesar di dunia. Kebijakan tersebut termasuk rencana untuk memensiunkan beberapa pembangkit batu bara lebih awal.
Indonesia sebagai pengekspor batu bara terbesar di dunia ingin meningkatkan proporsi energi terbarukan dalam bauran energinya menjadi 23 persen pada 2025.
Tetapi sejauh ini baru mencapai 12 persen. Batubara saat ini memasok sekitar 60 persen dari kebutuhan listrik negara.
Indonesia menetapkan ambisi untuk mencapai emisi nol pada tahun 2026. Selain itu, ia juga berjanji bersama puluhan negara lain untuk mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap untuk membantu membatasai pemanasan global hingga kurang dari 1,5 derajat Celcius.
Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara donor lainnya siap untuk mendukung strategi tersebut dengan dukungan keuangan yang besar.
Negara-negara tersebut juga mendukung untuk secara signifikan mengurangi emisi dengan beralih dari batu bara menuju energi terbarukan.
Pihak berwenang telah mendapatkan instruksi untuk membuat rencana pensiun dini beberapa pembangkit listrik tenaga batu bara. Pemerintah juga mengklaim bahwa pihaknya dapat membantu menyerap kerugian yang terjadi.
Pemerintah juga menetapkan sistem harga baru untuk energi terbarukan. Pengembang sebelumnya harus melalui negosiasi panjang dengan utilitas negara untuk mencapai kesepakatan harga.
“Mungkin dalam waktu enam bulan kita bisa mengatakan apakah ini baik atau buruk,” kata Prijandaru Effendi, Ketua umum Indonesian Geothermal Association (INAGA) dilansir dari Reuters.
Untuk mendorong investasi energi terbarukan, pemerintah juga akan memberikan insentif fiskal termasuk fasilitas pembiayaan dan kemudahan perizinan di kawasan hutan.