MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia akan menjadi tuan rumah sekaligus Presidensi forum G20 pada 2022.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati selaku perwakilan pemerintah mengatakan dalam pertemuan yang mengusung tema Recover Together Recover Stronger ini, ada 7 prioritas pembahasan isu-isu keuangan global terkini.
Pertama, negara-negara G20 akan membahas bagaimana berkoordinasi memulihkan ekonomi global. Menkeu bilang, G20 akan mencari waktu yang tepat untuk setiap anggotanya mengurangi kebijakan fiskal dan moneter yang extra ordinary dalam menanggulangi dampak pandemi Covid-19.
Sebab, Indonesia sendiri, pada 2023 defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus berada di bawah 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Seealah pada 2020 hingga 2022 kelak, defisit diperbolehkan di atas 3%.
“Fiskalnya dari sisi monetery policy desain bagaimana kalau bersama-sama kebijakan exit strategi untuk pemulihan ekonomi yang beda-beda dari sisi kecepatan dan pemerataan di semua negara,” kata Sri Mulyani saat Konferensi Pers, Selasa 14 September 2021.
Kedua, isu terkait dampak perekonomian dari pandemi Covid-19 yang memukul korporasi dari sisi neraca. Sehingga G20 akan mencari jalan agar dunia usaha bisa kembali pulih dan meningkatkan produktivitasnya.
Ketiga, topik mengenai central bank dan digital currency. Keempat, cross border payment seiring dengan berkembangnya digital ekonomi dan teknologi.
Kelima, isu terkait climate change, dengan mengimplikasikan green finance, sehingga bisa menciptakan ekonomi hijau dan sustainable. Termasuk di antaranya pembiayaan infrastruktur dan private sektor.
Keenam, financial inclusion untuk bersama-sama melakukan pengembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
G20 adalah kelompok informal dari 19 negara dan Uni Eropa. Ditambah perwakilan dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB). G20 merupakan forum ekonomi utama dunia yang memiliki posisi strategis. karena secara kolektif mewakili sekitar 65 persen penduduk dunia, 79 persen perdagangan global, dan setidaknya 85 persen perekonomian dunia.