India Hapus Bea Masuk Anti-Dumping, Ekspor Baja Indonesia Meningkat

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kementerian Keuangan India menolak rekomendasi Otoritas Anti-Dumping India, yakni Directorate General Trade Remedies (DGTR) terkait perpanjangan hot-rolled flat products of alloy or non-alloy steel (HRFPANA).

Dengan begitu, ekspor produk HRFPANA asal Indonesia tidak akan lagi dikenakan bea masuk anti-dumping (BMAD) ke India. Ketetapan tersebut berdasarkan keputusan Kementerian Keuangan India melalui TRU dalam Office Memorandum yang dikeluarkan pada 4 Januari 2022.

Usai meninjau rekomendasi final findings DGTR, pemerintah India memutuskan untuk menolak rekomendasi tersebut. Keputusan ini membuat perpanjangan BMAD untuk produk HRFPANA, termasuk dari Tanah Air dihentikan.

“Indonesia menyambut baik keputusan Pemerintah India yang tidak menerima rekomendasi DGTR untuk memperpanjang penerapan BMAD atas produk HRFPANA,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam siaran pers di situs Kemendag.

“Penolakan Kementerian Keuangan India atas rekomendasi perpanjangan BMAD oleh DGTR tersebut merupakan peluang yang cukup baik bagi eksportir Indonesia untuk kembali meningkatkan ekspor produk baja ke India,” sambungnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah ekspor HRFPANA asal Indonesia ke India periode 2021 sebesar 5,9 juta USD. Angka ini turun sebesar 81 persen dibandingkan tahun 2020, yakni sebesar 31,4 juta USD.

Sementara itu, Direktur Pengamanan Perdagangan, Natan Kambuno mengungkapkan bahwa sejak ditetapkannya BMAD tahun 2017, nilai ekspor HRFPANA ke India mengalami penurunan sebesar 38 persen.

Natan berharap, dengan dihentikannya BMAD, ekspor HRFPANA Tanah Air akan kembali meningkat. “Khususnya karena India merupakan salah satu pasar potensial produk HRFPANA dengan pangsa pasar sebesar 5,8% dari total ekspor HRFPANA pada tahun 2020,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini