MATA INDONESIA, KAIRO – Wacana mengenai menggabungkan tiga agama samawi, yakni Yudaisme, Islam, dan Kristen menjadi satu, menuai kecaman keras Imam Besar Al Azhar, Sheikh Ahmed Al Tayyeb. Ia mengatakan bahwa saran tersebut bertentangan dengan kebebasan berkeyakinan.
“Berbagai seruan ini, tampaknya, bertujuan untuk memadukan Yudaisme, Kristen, dan Islam dalam satu agama bernama Abrahamisme atau agama Ibrahim,” kata Sheikh Ahmed Al Tayyeb, sang ulama terkemuka itu, melansir Gulf News, Rabu, 10 November 2021.
“Seruan-seruan ini, seperti seruan globalisasi, akhir sejarah, etika global, dll, muncul ke permukaan untuk mempromosikan kebersamaan dan persatuan manusia serta menghilangkan penyebab perselisihan dan konflik,” ucapnya saat menghadiri acara di Kairo yang menandai peringatan sebuah lembaga Islam-Koptik.
Namun, saran itu, menyiratkan perampasan kebebasan beragama umat manusia, katanya. Sebagaimana diketahui, Sheikh Al Tayyeb merupakan advokat terkemuka dialog antar-agama.
“Berasal dari kepercayaan kami pada agama samawi, kami percaya bahwa tidak mungkin bagi umat manusia untuk setuju pada satu agama, mengingat perbedaan di antara orang-orang dalam warna kulit, keyakinan, pikiran, bahasa, dan bahkan sidik jari,” tuturnya.
“Semua ini adalah fakta sejarah dan ilmiah, dan sebelum ini adalah fakta yang dikonfirmasi oleh Al-Qur’an,” tuntasnya.
Pada 2019, Sheikh Ahmed Al Tayyeb dan pemimpin Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia, yang juga dikenal sebagai Deklarasi Abu Dhabi. Pertemuan di Uni Emirat Arab kala itu menggarisbawahi nilai-nilai toleransi, perdamaian, dan kebebasan beragama.