MATA INDONESIA, JAKARTA – Dalam memperingati HUT ke-44 Pasar Modal Indonesia, Self-Regulatory Organization (SRO) memberikan bantuan berupa ambulans laut.
SRO, yang terdiri dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), memberikan bantuan ambulans laut untuk memberikan kemudahan akses kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di kepulauan.
Bantuan ambulans laut yang dilengkapi peralatan medis tersebut diserahkan secara simbolis oleh Ketua HUT ke-44 Pasar Modal Indonesia sekaligus menjabat sebagai Direktur KSEI, Syafruddin, kepada Pendiri dan Pembina GUSDURian Peduli Alissa Wahid di lokasi galangan kapal kecamatan Blimbingsari, Jawa Timur.
Terdapat empat unit ambulans laut yang diserahkan kepada GUSDURian Peduli untuk digunakan di Riau, Nusa Tenggara Timur (NTT), Halmahera Utara, dan Maluku Tenggara.
“Pemberian bantuan ambulans laut merupakan bentuk kepedulian pasar modal di bidang kesehatan karena melihat tingginya kebutuhan masyarakat yang berada jauh dari perkotaan, khususnya di daerah kepulauan. Sebagai bagian dari layanan kesehatan yang dikelola oleh lembaga terkait, kami berharap ambulans laut ini dapat secara optimal dimanfaatkan oleh masyarakat umum yang membutuhkan,” ujar Syafruddin.
Pemberian ambulans laut dinilai sangat tepat dengan kondisi geografis di Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Masyarakat yang tinggal di daerah kepulauan masih minim dari jangkauan fasilitas dan tenaga kesehatan, khususnya di masa pandemi Covid-19 dengan jumlah kasus positif yang cukup tinggi.
“Melihat keterbatasan fasilitas dan minimnya tenaga kesehatan di daerah kepulauan, kehadiran ambulans laut ini diharapkan dapat membantu penanganan pasien yang memerlukan tindakan cepat,” katanya.
Alissa Wahid menyambut baik bantuan dari pasar modal Indonesia. Pasalnya, masih banyak warga Indonesia yang harus menempuh jarak hingga berjam-jam untuk ke Puskesmas.
“Kita negara kepulauan tapi berpikir sebagai negara daratan dan kita jarang sekali melihat realita yang ada. Banyak cerita bagaimana masyarakat yang tinggal di kepulauan harus menempuh hingga 4 jam untuk pergi ke puskesmas, atau bidan yang harus naik kapal untuk bertugas,” ucapnya.
“Tidak heran indeks pembangunan manusia rendah, layanan kesehatan masih buruk dan angka kematian ibu dan bayi tinggi, terutama di Asia yang masih tinggi,” ungkapnya.
Keempat daerah yang diberikan armada ambulans laut dipilih dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah, serta kondisi fasilitas dan tenaga kesehatan di daerah yang tidak mendukung, khususnya di masa pandemi dengan kebutuhan penanganan kesehatan yang lebih cepat.