MATA INDONESIA, JAKARTA-Pembentukan holding BUMN ultra mikro yang dilakukan pemerintah untuk menyasar para pelaku usaha kecil, dipastikan tidak akan mematikan keberadaan koperasi.
Terlebih, koperasi dapat dilibatkan dan menjadi bagian dari ekosistem tersebut, sehingga mampu menghadirkan layanan yang efisien melalui digitalisasi.
“Mereka (koperasi) kita libatkan dalam ekosistem ini dan mereka didigitalkan juga, mereka bagian dari ekosistem ini,” kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso.
Pernyataan Sunarso tersebut menjawab kekhawatiran sejumlah pihak yang menilai bahwa keberadaan holding ultra mikro dapat mematikan koperasi.
Seperti diketahui, pemerintah berniat membentuk holding ultra mikro yang melibatkan tiga BUMN yakni BRI, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Kehadiran holding tersebut ditujukan bagi masyarakat yang belum bankable melalui perluasan jangkauan layanan dan integrasi, yang ditargetkan untuk mendorong peningkatan inklusi keuangan nasional.
Sejauh ini, peran besar segmen mikro dan ultra mikro dalam menopang perekonomian nasional belum diimbangi pemberdayaan dan akses pembiayaan yang merata terutama di segmen usaha ultra mikro.
Mengacu data BRI, dari sekitar 45 juta usaha ultra mikro pada 2018, hanya sekitar 15 juta unit usaha ultra mikro yang baru memperoleh akses pendanaan dari lembaga keuangan formal.
“Jadi secara ekonomi, holding memberikan nilai tambah bagi pemegang saham di segitiga ini (BRI, Pegadaian dan PNM). Secara sosial meningkatkan kapabilitas masyarakat, terutama di ultra mikro melalui pemberdayaan dan sustainable,” katanya.
Ketua Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Usaha Sejahtera, Karsan mengungkapkan, pihaknya sepakat dengan langkah pemerintah membentuk holding ultra mikro. Mengingat segmen ini perlu terus digarap karena masih banyak pelaku usaha yang belum tersentuh layanan keuangan formal.
Karsan berharap integrasi yang tercipta dalam holding dapat tetap terbuka dan bersinergi dengan koperasi. “Kami tidak terlalu khawatir dengan kompetisi, karena anggota koperasi itu loyal. Namun kami butuh juga integrasi untuk bisa perluasan, terlebih kami bisa melakukan pemberdayaan lebih kuat dibanding perbankan,” katanya.
Senada, Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Soliamitra, Suhada menegaskan, holding ultra mikro adalah terobosan dari pemerintah untuk dapat lebih mengintegrasikan kinerja perusahaan pelat merah dalam membantu pelaku usaha di segmen mikro dan ultra mikro.
“Kami tentu ikut mendukung upaya pembentukan holding. Apalagi kami melihat tujuannya baik untuk integrasi (menopang kinerja usaha mikro),” ujarnya.
Dengan adanya holding, Suhada juga berharap layanan jasa keuangan oleh perusahaan pelat merah akan semakin luas. Di sisi lain, Suhada meyakini ongkos jasa layanan keuangan akan terpangkas dengan kehadiran holding sehingga menguntungkan pelaku usaha kecil dan koperasi.