Higuain Ternyata Masih Ingin Kembali ke Juventus

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Baru semusim bermain di Liga Inggris, ternyata Gonzalo Higuain masih memimpikan bisa kembali bermain di Juventus, klub lamanya sebelum hengkang ke AC Milan, lalu ke Chelsea.

Saat ini, nama Higuain sedang panas-panasnya dibicarakan. Striker asal Argentina itu dikabarkan masuk dalam daftar incaran penting bagi AS Roma.

Sebenarnya, Higuain masih tercatat sebagai pemain Juventus. Ia hengkang ke AC Milan, lalu ke Chelsea dengan status pinjaman. Namun, ternyata Nyonya Tua berminat menukar Higuain dengan bek utama Roma, yakni Kostas Manolas dengan harga sama, yakni 36 juta euro.

Namun, manajer Higuain berkata lain. Eks bomber Real Madrid itu tidak akan pernah lagi kembali ke Serie A apapun alasannya, kecuali diberi kesempatan lagi untuk berseragam Juventus.

Sayangnya, nasib Higuain di Chelsea saat ini masih belum jelas. The Blues dijatuhi sanksi larangan transfer yang membuat kans Higuain untuk dipermanenkan menjadi mustahil.

Kondisi itu diperburuk dengan kepergian Maurizio Sarri, yang menguatkan kemungkinan Higuain bakalan hengkang dari Stamford Bridge. Namun, sampai saat ini belum ada klub manapun yang serius menawar dirinya, kecuali Roma saja.

Jika Higuain mendarat di ibukota Italia, Roma akan mendapatkan pengganti Edin Dzeko yang santer dikabarkan bakal ke Inter Milan. Sedangkan Juventus akan punya bek berpengalaman untuk menutup kepergian Andrea Barzagli.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini