MATA INDONESIA, JAKARTA – Baru-baru ini, fenomena ular masuk pemukiman warga menjadi sorotan publik. Diantaranya, serangan ular kobra ditemukan di sejumlah kota di Jawa, setidaknya Klaten, Wonosari, Jember dan terakhir di Depok.
Di Depok bahkan ditemukan hingga 29 anakan kobra. Semuanya ditemukan berkeliaran di Perumahan Royal Citayam Residence, Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Melalui pesan Whatsapp yang beredar di masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) Sioux Indonesia atau Yayasan Sioux Ular Indonesia (2003) menjelaskan mengapa ular-ular tersebut bisa masuk ke pemukiman warga.
“Ular sedang Mudik ?? Fenomena temuan ular di kawasan hunian bukan hal yang diluar kebiasaan. Kejadian ini sangat alamiah natural dan logis (bukan mistis) dan bukan aksi terorisme gaees…,” bunyi pesan yang beredar.
“Mudik ? Iya, lha wong sebelum jd cluster dan perumahan berdri apik gitu kan tadinya rawa, tanah hutan dan kebun terbuka yg jd habitat ular beserta mangsanya. Ekosistem mash seimbang dgn ketersediaan mangsa dan predatornya..,” lanjutnya.
Adapun alasan lain mengapa ular masuk ke pemukiman warga diantaraya sebagai berikut:
1. Ular memang satwa liar yangg habitatnya paling dekat dengan manusia. Ada ular berarti ekosistem di sekitar hunian masih bagus dan normal. Justru jika tidak ada ular, bersiaplah ledakan populasi hama dimana-mana.
2. Induk Ular bertelur tidak membuat sarang, tetapi memanfaatkan lubang2 sembunyi dan celah-celah terlindungi yang tak pernah dijamah predator/manusia . Secara insting, induk ular akan meletakkan telur di kawasan yang tersedia berlimpah makanan ular sehingga saat telur menetas, si anak dengn mudah mendapatkan makanannya.
3. Habitat ular di huni oleh manusia. Dengan sengaja kita tutup rawa, kita timbun sawah, kita buldoser hutan dan kita perkecil aliran irigasi sungai2 di sawah untuk dibangun cluster perumahan dan jalanan .
Tak hanya ular, mangsanya pun semakin terdesak. Pada akhirnya berkumpulah mangsa2 ular ini di area pemukiman. Kadal tikus kodok katak cicak burung sekarang hanya ada di sekitar pemukiman. Sehingga ular pun mendekat kesana.
4. Ular bukan tipe satwa yang berkelompok seperti kijang, tapi tipe soliter atau hidup sendiri. Ular tidak menyusui sehingga tidak hidup bersama induknya. Setelah lahir/ menetas, si ular sudah mandiri, cari makan dan cari tmpat sembunyi sendiri.
Sehingga saat ditemukan anak ular di perumahan, akan tidak mungkin mencari induknya disana. Si induk udah pergi 3 bulan lalu saat usai bertelur, dia tinggal kan telurnya di lubang tertentu dan tidak di erami.
5. Ular jenis atau spesies apapun (ada 346 spesies di Indonesia) adalah satwa yang paling pintar sembunyi. Insting dia hanya cari makan dan cari tmpat sembunyi, Kebetulan jika di sudut kompleks ada area yang jarang dijamah dan dibersihkan, dia akan betah berkeliling disana berburu mangsa.
Tapi ular tidak membuat sarang seperti burung, setelah keluar lubang, dia tidak balik lagi ke lubanh yang sama, atau jika terjadi maka itu hanya kebetulan.
6. Ular tidak bisa memilih nama tempat. Dimana pun dia nyaman dan ada mangsanya, dia akan betah. Terlepas itu di tepi sungai, hutan, kebun, halaman rumah, bahkan di area area industri banyak di temukan ular beraktifitas..
Jadi ular ular yang sedang viral di beberapa perumahan ini, sedang mudik ke area nenek moyangnya mencari mangsa di sana. Dan semakin ke depan, konflik ular dengan manusia ini tidak semakin reda tapi justru akan semakin tinggi frekuensinya.
Mengurangi populasi ular dilakukan dengan teknik catch and relocationi, bukan dengan dibunuh. Berikut tips mengurangi populasi ular di cluster/hunian/ perumahan:
1. Gotong royong Bersihkan area yg tidak tertata dan jarang dijamah, tumpukan material dan kebun tak terawatnmenjadi tempat nyman bagi ular untuk sembunyi.
2. Rumah kosong disemprot dengan fogging nyamuk secara berkala agar satwa di dalam tidak betah dan berpindah.
3. Pasang jaring besi di saluran irigasi akses keluar masuk.
4. Pohon-pohon di atas pagar di bersihkan dari akses luar.
5. Lubang di pagar kompleks ditutup.
6. Pasang pest trap untuk jebakan tikus, tikus adalah mangsa utama ular sehingga jika tikus berkurang, ular akan bergeser. Putus rantai makanan ular di kawasan hunian.
7. Bagi yang memelihara burung, selalu cek akses dengan lingkungan karena burung juga makanan ular.
8. Tidak perlu menebar garam, karena ular tidak takut garam.
9. Tidak perlu menggunakan tali ijuk karena ular tidak sakit jika lewat ijuk, tetap lolos.
10. Jika menemukan ular, hati hati dalam menangani (snake handling) sebaiknya dilakukan oleh orang yang terlatih.
11. Disarankan cukup foto/ amati gerakan ularnya kemana. Lalu kirim ke group snake handler atau Snake Rescue atau Pemadam Kebakaran agar dibantu evakuasi dengann mengirim tim.
12. Pahami katakter dan tingkah laku ular dan juga pahami manfaat serta bahayanya agar kita nyaman bertetangga dengan Ular.
Mungkin jika diantara kalian ada yang menemukan ular bisa menghubungi Yayasan Sioux Ular Indonesia melalui Instagram @ ular_indonesia atau Sioux Snake Rescue dengan nomor Whatsaap +628176800446.