MATA INDONESIA, LONDON – Ketika umat Muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh suka cita, hampir setengah dari Muslim di Inggris harus menerima kenyataan pahit.
Berdasarkan pernyataan Dewan Muslim Inggris, mayoritas dari umat Muslim di Negara Ratu Elizabeth itu tidak memiliki cukup makanan untuk berbuka puasa selama bulan suci Ramadan tahun ini.
Inflasi yang cepat menyebabkan kenaikan tajam dalam harga pangan dan tagihan energi di seluruh negeri. Dengan 46 persen populasi Muslim Inggris yang tinggal di 10 persen wilayah paling miskin di Inggris, kelaparan sepertinya tidak dapat terelakkan saat berbuka puasa bagi banyak keluarga.
Badan amal Islam melaporkan penggunaan bank makanan secara luas dan telah mendesak pemerintah untuk meningkatkan pembayaran manfaat agar meningkat seiring dengan inflasi serta untuk meningkatkan sistem jaminan sosial Inggris.
“Pernyataan musim semi pekan lalu adalah kesempatan bagi pemerintah untuk memperkuat sistem jaminan sosial kami dan meningkatkan pembayaran manfaat, setidaknya, sejalan dengan inflasi,” kata Direktur Islamic Relief UK, Tufail Hussein, melansir English Al Araby.
“Sebaliknya, mereka telah diberikan potongan nyata dalam pembayaran mereka, dan dengan inflasi yang akan meningkat lebih lanjut tahun ini, krisis biaya hidup akan menjadi keadaan darurat bagi keluarga termiskin,” sambungnya.
Permintaan bantuan dari National Zakat Foundation (NZF) juga melonjak hingga 70 persen selama 12 bulan terakhir. Sebagai informasi, NZF memberikan hibah darurat dari Zakat yang dikumpulkan seluruh Muslim Inggris kepada mereka yang membutuhkan.
Ironinya, jurang dalam standar hidup antara warga kulit putih dan Muslim di Inggris telah berkembang lebih luas. Risiko kemiskinan anak juga meningkat karena tingginya jumlah Muslim Inggris dengan keluarga muda – dengan efek samping untuk pendidikan dan kesehatan kaum muda.