MATA INDONESIA, SINGAPURA – Harga minyak turun pada 19 September 2022 akibat kekhawatiran resesi global yang juga mengakibatkan kekhawatiran pertumbuhan permintaan bahan bakar akan melambat.
Walaupun kekhawatiran pasokan menjelang embargo Uni eropa pada minyak Rusia pada bulan Desember membatasai penurunan.
Minyak mentah berjangka Brent turun 0,5 persen menjadi 90,89 dolar AS per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS berada di angka 84,46 dolar AS per barel atau sekitar 0,8 persen.
Pekan lalu, minyak berjangka turun lebih dari 1 persen di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan syku bunga oleh Federal Reserve dapat memperlambat pertumbuhan global.
Meskipun ada kekhawatiran akan berkurangnya permintaan bahan bakar, kekhawatiran pasokan yang berkelanjutan membatasi penurunan harga.
“Pasar masih memiliki awal sanksi Eropa terhadap minyak Rusia yang menggantung di atasnya. Karena pasokan terganggu pada awal Desember, pasar tidak mungkin melihat respons cepat dari produsen AS,” kata analis ANZ.
Selain itu, pelonggaran pembatasan Covid-19 di Cina juga dapat memberikan optimisme. Cina telah memulai melonggarkan pembatasan covid-19 di Chengdu, kota barat daya berpenduduk lebih 21 juta orang.
Ekspor bensin dan solar Cina juga rebound, mengurangi persediaan lokal yang tinggi setelah Beijing mengeluarkan kuota baru.
Sementara iru kepala eksekutif Kuwait Petroleum Corporation (KPC) mengatakan bahwa pelanggannya masih menuntut volume yang sama tanpa perubahan. Negara Teluk saat ini memproduksi lebih dari 2,8 juta barel per hari minyak sesuai dengan kuota OPEC.
Operasi pemuatan dan ekspor minyak dari terminal minyak Basrah Irak kembali ke tingkat normal pada 17 September 2022, kata Basrah Oil Company, dilansir dari Reuters.