MATA INDONESIA, JAKARTA-Konflik Rusia dan Ukraina menjadi pemicu kenaikan berbagai komoditas pangan maupun energi. Sehingga berpotensi mengerek kenaikan harga komoditas dan inflasi di Tanah Air.
“Geopolitik Rusia dan Ukraina yang transmisinya ke Indonesia dalam bentuk kenaikan harga komoditas dan kenaikan inflasi,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di Jakarta.
Saat ini, harga batu bara sudah dijual 258 US dolar dengan brent sudah di atas 100. Harga CPO juga tembus 1.500 US dolar per ton dan harga gandum juga naik menjadi 1.000 US dolar.
Di sisi lain, Rusia merupakan negara produsen gandum dan minyak nabati yang besar. Sehingga harga pangan dunia akan mengalami peningkatan.
“Berbagai harga food price dari FAO juga secara global angka di atas indeks 140 dan komoditas vegetable oil juga meningkat indeksnya lebih dari 200,” katanya.
Kenaikan harga gandum ini berpotensi memengaruhi harga produk turunannya di Indonesia seperti mi dan roti. Apalagi dua produk tersebut banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Tidak menutup kemungkinan dalam beberapa waktu ke depan harga mi, roti, dan sereal bisa naik.
Dalam kondisi ini, Indonesia pun dihadapkan pada dua keadaan. Satu sisi penerimaan ekspor nasional bisa meningkat karena tingginya harga komoditas. Sisi lainnya kenaikan tersebut berdampak langsung pada masyarakat secara umum dari sisi harga produk barang dan jasa.
“Ada transmisi di dalam negeri yang tidak bisa seluruhnya ditransmisikan ke masyarakat,” kata dia.