Harga Cabai Bikin Petani Sleman Nangis, DP3 Sleman Berikan Pendampingan

Baca Juga

Mata Indonesia, Sleman – Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, memberikan pendampingan kepada petani cabai merah keriting di Samberembe Wetan, Candibinangun, Pakem, untuk memberikan motivasi menyusul penurunan harga komoditas tersebut.

“Kami secara khusus mengunjungi petani cabai untuk memberikan dukungan, dan kami optimis harga cabai merah akan kembali naik pada November,” kata Plt Kepala DP3 Sleman, Suparmono Selasa, 8 Oktober 2024.

Ia menjelaskan, harga cabai merah keriting di pasar lelang pada pekan lalu hanya mencapai Rp6.009 per kilogram, jauh di bawah biaya produksi. Meskipun demikian, para petani tetap merawat tanaman mereka.

“Petani saat ini lebih banyak menggunakan pupuk organik dan agensia hayati, sehingga biaya produksi bisa ditekan, dan kerugian tidak terlalu besar,” ujarnya.

Suparmono juga mengapresiasi penggunaan teknologi budidaya ramah lingkungan dan berbiaya rendah yang diterapkan oleh petani cabai di Samberembe. Pada tahun 2023, DP3 Sleman telah mengeluarkan SOP Budidaya Cabai Sehat Ramah Lingkungan untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan iklim dan meningkatkan keuntungan petani.

Ia menambahkan, penurunan harga cabai saat ini sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Berdasarkan data hortikultura, produksi cabai merah keriting dari beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera cukup tinggi, sehingga stok di pasaran melimpah dan berdampak pada harga yang turun.

DP3 Sleman memperkirakan harga cabai akan mulai naik pada awal November, dan pada Desember harga cabai keriting serta cabai rawit diprediksi akan meningkat, dengan target mencapai nilai tukar petani (NTP) yang optimal sebagai indikator kesejahteraan petani.

“NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima dan yang dibayar petani. Jika NTP di atas 100, berarti petani memperoleh keuntungan, jika sama dengan 100, petani impas, dan jika di bawah 100, petani mengalami kerugian,” jelas Suparmono.

Ia juga menyebutkan bahwa selama dua tahun terakhir, sektor hortikultura memberikan kontribusi tertinggi terhadap NTP dibandingkan subsektor lain, dengan NTP sebesar 115,14 pada 2022 meningkat menjadi 121,07 pada 2023.

Dengan melihat kondisi ekonomi dan penurunan daya beli yang terjadi, Suparmono berharap hal ini tidak berdampak signifikan pada NTP di Kabupaten Sleman.

“Kami akan terus mendorong peningkatan margin keuntungan bagi petani,” ungkap dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Inklusif Papua sebagai bagian Integral NKRI

Oleh: Grasella Wandama )* Papua Tahun 2024 menjadi momentum penting bagi Papua, provinsi yang kaya akan budaya dan sumber daya...
- Advertisement -

Baca berita yang ini