Minews.id, Kota Kupang – Sejumlah harga komoditas bahan pokok di Pasar Inpres Naikoten, Kota Kupang terpantau tidak stabil. Berdasarkan pantauan di lapangan dan wawancara dengan para pedagang, pada Jumat, 15 Agustus 2025, komoditas beras, bawang, dan cabai menunjukkan fluktuasi harga yang berbeda.
Faisal, seorang pedagang beras, mengungkapkan bahwa saat ini beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) menjadi komoditas paling laris. Beras ini dijual dengan harga relatif murah, yakni Rp65.000 per karung 5 kilogram. Beras SPHP memiliki Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp13.100 per kilogram, namun di pasaran rata-rata dijual di bawah harga tersebut, sekitar Rp12.600 – Rp12.800 per kilogram. Beras SPHP diperuntukkan khusus untuk konsumsi rumah tangga, dengan batasan ideal dua karung per kepala keluarga dalam sebulan.
Sebaliknya, beras komersial atau lokal mengalami lonjakan harga signifikan selama dua bulan terakhir. Kenaikan ini disebabkan oleh pasokan yang mayoritas didatangkan dari luar daerah seperti Surabaya dan Sulawesi. Menurut Faisal, salah satu pemicu utama kenaikan harga ini adalah naiknya harga gabah di tingkat petani.
“Kemungkinan besar harga gabah dari petani naik, otomatis dalam pendistribusian berasnya sendiri oleh pedagang juga naik,” jelasnya.
Untuk komoditas bawang, harga terbilang lebih stabil. Bawang putih yang dipasok dari Surabaya relatif normal di harga Rp40.000 per kilogram. Sedangkan bawang merah dari Rote dan Sabu dijual dengan harga Rp50.000 per kilogram.
Situasi berbeda terjadi pada komoditas cabai. Cabai rawit mengalami penurunan harga drastis dalam dua minggu terakhir, dari semula Rp100.000 menjadi Rp60.000 per kilogram. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya produktivitas panen petani, menurut Riky Lobo, seorang pedagang pasar.
Sementara itu, cabai rawit keriting justru mengalami kenaikan harga, dari Rp50.000 menjadi Rp60.000 per kilogram. Harga cabai merah besar juga masih tinggi, berkisar antara Rp60.000 hingga Rp80.000 per kilogram. Mahalnya harga cabai merah besar ini dipengaruhi oleh rantai distribusi yang panjang, di mana ada pedagang yang panen sendiri, langsung dari petani, atau melalui tangan kedua dan ketiga.
Di sektor daging, harga daging ayam juga mengalami gejolak. Ibu Ida Surabaya, pedagang daging ayam, mengeluhkan stok daging ayam lokal kosong akibat lonjakan harga yang signifikan.
“Harga ayam lokal per kilonya (dulu) Rp23.000, tapi sekarang bahkan Rp30.000 hingga Rp35.000,” ungkapnya.
Untuk memenuhi permintaan, pedagang kini mengandalkan daging ayam dari Surabaya dengan harga per ekor Rp70.000 (berat 1,9 kg) dan Rp50.000 (berat 1,2 kg). Situasi ini diperparah dengan sepinya pengunjung dalam dua bulan terakhir, membuat pedagang kesulitan menjual dagangannya karena pembeli kerap menawar dengan harga rendah. (Nino)
