MATA INDONESIA JAKARTA – Selepas Susi Pudjiastuti tak lagi menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, kapal asing pencuri ikan kembali masuk ke laut Indonesia. Terbaru, para pencuri hasil kekayaan alam Indonesia ini terjadi di Natuna yang berbatasan dengan beberapa negara.
Kapal-kapal ikan asing langsung menyerbu masuk hanya berselang seminggu setelah Susi Pudjiastuti lengser dari jabatannya. Bahkan, nelayan asing yang dikawal Coast Guard negara asalnya berani mengintimidasi nelayan lokal.
Menurut Ketua Nelayan Lubuk Lumbang di Kabupaten Natuna, Herman, dirinya pun mendapat banyak laporan dan bukti-bukti berupa foto dan video terkait serbuan kapal-kapal asing pencuri ikan.
“Selang satu minggu sejak pergantian menteri (Susi Pudjiastuti diganti Edhy Prabowo), info dari anggota kami langsung banyak kapal asing. Sebulan kemudian makin ramai,” ujar Herman di Natuna, Minggu 29 Desember 2019.
Seperti yang terjadi pada 26 Oktober 2019, anggota kelompoknya sempat diusir oleh kapal Coast Guard China, padahal sedang berada di wilayah Indonesia. Sementara Dedek, warga Kecamatan Pulau Tiga Barat di Natuna, mengunggah video puluhan kapal asing yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Natuna. Video tersebut diambil pada 23 Desember 2019.
Ia menyebutkan, kapal ikan asing tersebut diperkirakan sedikitnya terdiri 20 pasang kapal. Beraktivitas sebagai kapal pukat gandeng (2 kapal 1 jaring).
Pukat seperti ini dilarang di Indonesia karena dapat merusak karang. Selain itu semua jenis ikan ikut terjaring, termasuk anak ikan. “Sekitar 40 kapal mungkin. Sebagian besar berbendera Vietnam, tapi ada yang berbendera Malaysia,” ujar Dedek seperti dikutip kepripedia.
Herman maupun Dedek mengaku sudah melaporkan kejadian-kejadian itu ke aparat keamanan. Tapi sampai saat ini, kapal-kapal ikan asing masih bebas berkeliaran di perairan Natuna.
Menurut Pengamat Perikanan dari Center for Public Policy Transformation, Abdul Halim, kembali maraknya pencurian oleh kapal ikan asing ini karena pengawasan pemerintah sekarang lebih kendor.
Bukan hanya di Natuna, serbuan kapal ikan asing juga terjadi di daerah-daerah perbatasan lain. Misalnya di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715, perairan Maluku Utara, banyak kapal-kapal asing asal Filipina masuk.
“Perairan negara-negara tetangga memang sudah menurun stok ikannya, jadi mereka masuk ke Indonesia,” ucap Halim.
Ia pun meminta agar Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini, Edhy Prabowo, kembali memperkuat pengawasan seperti di era Susi Pudjiastuti. Cara kerja Satgas 115 di era Susi, ia menambahkan, bisa dijadikan contoh.
Satgas 115 tak harus dihidupkan lagi, sebab sudah ada Badan Keamanan Laut (Bakamla), TNI AL, Polair, dan Ditjen PSDKP. Intinya, yang dibutuhkan adalah koordinasi dan pengawasan yang kuat.