MATA INDONESIA, JAKARTA – Gunung Merapi yang kini berstatus Siaga atau Level III diperkirakan terus mengarah pada erupsi eksplosif.
“Kita evaluasi setiap satu minggu dan per 4 Januari 2021, probabilitas kelanjutan aktivitas ke arah erupsi ekplosif masih dominan,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida.
Menurut Hanik, kemungkinan ini muncul berdasarkan assessment terhadap 16 parameter, baik data pemantauan aktivitas gunung maupun sejarah erupsi Merapi.
Salah satu contohnya, yaitu jumlah gempa vulkanik dangkal (VTB) maupun gempa fase banyak (MP).
Berdasarkan data pemantauan pada periode 25-31 Desember 2020, tercatat 501 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.403 kali gempa Fase Banyak (MP), 4 kali gempa Low Frekuensi (LF), 343 kali gempa Guguran (RF), 494 kali gempa Hembusan (DG) dan 8 kali gempa Tektonik (TT).
“Intensitas kegempaan pada periode pengamatan 25-31 Desember ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu,” ujarnya.
Kemudian, parameter lain yakni laju deformasi Merapi. Sejarah lamanya krisis di Merapi turut menjadi parameter lainnya..
“Sehingga apakah dari parameter ini kita prosentasekan sehingga ketemu dominan ke mana (erupsi efusif atau eksplosif). Itu (probabilitas dominan erupsi) berdasarkan data satu minggu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hanik menjelaskan ada perbedaan energi saat Merapi erupsi pada 26 Oktober 2010 dengan energi pada 1 Januari 2021. Perbandingan energi itu diperoleh dari perbandingan kegempaan vulkanik dangkal dan fase banyak.
“Energi yang ada pada saat ini kalau dibanding dengan energi seismik kita hitung dari seismitas vulkanik dangkal dan MP pada 2010 sudah terjadi erupsi pada akumulasi energi 76 GJ (gigajoule). Sekarang sudah 252 GJ,” paparnya.
“Ini besarnya energi yang ada karena total jumlah kegempaan yang ada karena sudah sampai 25.518 sedangkan kegempaan pada 2010 8.894,” sambungnya.
Data gas di Merapi juga mengalami peningkatan. Hanik menyebut saat ini SO2 (belerang dioksida) cenderung meningkat mencapai 340 ton per hari. Selain itu, CO2 (karbon dioksida) mencapai 530 ppm. Sementara untuk morfologi puncak juga mengalami perubahan.