Gubernur DIY: Misi Kemanusiaan Bersifat Universal, Tidak Membedakan Latar Belakang

Baca Juga

Mata Indonesia, Sleman – Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia, Pakem, Sleman, Yogyakarta meluncurkan Wisma Pringgodani, sebagai unit trauma healing dan visum et repertum, khusus psikiatrikum, Kamis (23/2). Gedung berlantai dua ini akan melayani gangguan stres pascatrauma atau PTSD (post-traumatic stress disorder) dari korban bencana alam dan kekerasan terhadap anak dan perempuan.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan secara langsung Wisma Pringgodani dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan pita. Ia pun berharap dengan adanya unit pelayanan yang baru ini akan semakin melengkapi dan meningkatkan pelayanan rumah sakit tersebut.

“Urgensinya, seiring dengan naiknya kejadian kecelakaan, bencana alam, dan kekerasan rumah tangga. Selain itu mendukung hukum perdata, terkait adopsi anak dan pembagian warisan,” tuturnya saat memberi sambutan.

Lanjut tambahnya, unit tersebut juga diperlukan karena frekuensi penggunaan media sosial berkorelasi dengan peningkatan kecemasan seperti perasaan FOMO, fear of missing out. “Layanan baru ini harus dijiwai dengan melayani dengan senyum untuk menjaga hubungan manusiawi dengan pasien,” ucapnya.

“Misi kemanusiaan yang bersifat universal, tidak membeda-bedakan apapun latar belakangnya,” imbuhnya.

Menutup sambutannya, Sri Sultan mengisahkan cerita humor saat zaman dulu di RSJ Grhasia. Menurutnya, cerita ini perlu disampaikan karena para undangan dirasa terlihat tegang.

“Di muka depan rumah sakit, dulu ada lapangan. Suatu saat, ada pasien jiwa ke tengah lapangan menanam batang besi sepanjang 2 meter.Pagi disirami, sore disirami, hampir satu minggu disirami,” ucapnya berkisah.

Lalu, Sri Sultan menceritakan ada bapak-bapak mendekati, tanya ke pasien jiwa tersebut. “Bapak nanam besi, disirami pagi hari dan sore hari, nanti tumbuh jadi pohon apa?”

Pasien jiwa yang ditanya cuma diam, lalu menjawab. “Yang sakit, jadi siapa?” Akhir cerita ini, membuat tamu undangan segera tertawa dengan penutup yang tak terduga dari cerita tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Pemda DIY, Drg. Pembajun Setyaningastutie, M.Kes mengatakan sekarang ini, tak dipungkiri banyak kejadian yang menimbulkan trauma psikis. Jika tidak ditangani, ia menyebut akan menyebabkan PTSD, misalnya bencana alam Merapi dan kekerasan perempuan dan anak.

“Akan berkembang menjadi lebih berat dan menganggu kesehatan jiwa. Butuh penanganan khusus dari pakar dan ahli. Ada 654 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Yogyakarta tahun 2022 dengan dilatarbelakangi masalah rumah tangga,” tukasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini