Gimana Rasanya Gawang Man City Dibobol Messi, Guardiola?

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Lionel Messi mencetak gol pertamanya bersama PSG ke gawang Manchester City. Pep Guardiola memberikan pujian pada mantan anak didiknya itu.

PSG meraih kemenangan 2-0 atas City dalam matchday kedua Liga Champions, Rabu 29 September 2021 dini hari WIB di Parc des Princes. Dua gol PSG dicetak Idrissa Guaye dan Messi.

Messi mencetak gol perdananya dengan indah. Diawali serangan balik cepat, Messi menggiring bola menuju pertahanan City. Dia mengumpan ke Kylian Mbappe, dan Mbappe mengumpan lagi ke Messi.

Dari luar kotak penalti, tendangan mematikan kaki kiri Messi menghujam pojok kanan gawang City yang dikawal Ederson.

“Itu gol yang sangat bagus. Kami sebenarnya bisa mengatasi PSG, tapi kami tahu mustahil mengontrol Messi selama 90 menit,” ujar Guardiola, dikutip dari Sky Sports, Rabu 29 September 2021.

“Dia tak banyak menyentuh bola, karena tentu saja dia baru sembuh dari cedera. Dia membutuhkan ritme, tapi kami mengenalnya sangat baik ketika berlari dan dekat dengan bola, dia tak bisa dihentikan,” katanya.

“Apa yang bisa kami lakukan adalah meminimalisir ruang geraknya seminim mungkin dan membuat peluang mencetak gol. Kami cukup puas dengan cara tim bermain,” ungkapnya.

Messi dan Guardiola pernah bahu-membahu di Barcelona rentang 2009-2012. Keduanya memenangkan banyak gelar termasuk treble winners alias tiga gelar dalam satu musim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini