Gempar! CIA dan BND Diduga Retas Data Ratusan Negara Lewat Crypto AG

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) dan Jerman (BND) dikabarkan secara senyap memiliki Crypto Internasional AG, perusahaan perangkat elektronik bersandi buatan yang bermarkas di Zug, Swiss.

Diketahui jasa Crypto AG kerap dipakai oleh negara sekutu dan non sekutu bahkan musuh AS, sebanyak lebih dari 120 negara sejak perang dunia ke-II. Di antara kliennya adalah Iran, India, Pakistan, Vatikan hingga sejumlah negera di belahan Amerika Selatan.

Di antara sekutu yang dimata-matai oleh intelijen AS adalah anggota NATO seperti Turki, Yunani, Spanyol dan Italia.

Tak satu pun dari para klien itu mengetahui kepemilikan CIA-BND di dalam Crypto. Lewat perusahaan ini otomatis CIA mengetahui dan memegang seluruh percakapan rahasia sejumlah pemerintahan negara di dunia.

Meski demikian, Rusia dan Cina yang dianggap pesaing oleh Blok Barat tidak pernah menggunakan perangkat buatan Crypto AG.

Menurut dokumen rahasia internal CIA, Crypto AG menerima bayaran jutaan dolar dengan memberi akses bagi CIA dan BND untuk mengakses data klien mereka.

Melansir AFP, Rabu 12 Februari 2020, dalam dokumen ini, para agen intelijen AS tersebut mengatur operasi tersebut dan diizinkan oleh para petinggi Crypto.

Laporan serupa juga dirilis oleh surat kabar The Washington Post, stasiun televisi Jerman ZTE dan kantor berita Swiss, SRF.

“Ini adalah kudeta intelijen abad ini,” seperti yang tertulis di dalam dokumen tersebut.

Sementara menurut pemberitaan Washington Post, kepemilikan CIA atas Crypto sudah terjalin sejak 1970 dalam kemitraan dengan BND.

“BND sebenarnya pernah ingin meninggalkan operasi ini pada awal 1990-an karena khawatir plot itu akan terungkap, tetapi CIA kemudian membeli saham Jerman guna mempertahankan kendali atas Crypto hingga 2018, ketika perusahaan itu menjual sahamnya,” kata seorang mantan pejabat intelijen yang merahasiakan identitasnya.

Sambil mempertahankan kepemilikan atas Crypto, agen-agen intelijen CIA dan BND menilai operasi mereka relatif sukses, sama suksesnya dengan bisnis yang menghasilkan jutaan dolar yang dihasilkan perusahaan.

Tapi kemitraan dua lembaga intelijen beda negara itu bukan tanpa gesekan. CIA dan BND berulang kali berselisih tentang serangkaian masalah seputar uang dan kontrol atas perusahaan, tetapi juga perselisihan lain seperti tentang etika.

BND dinilai sering merasa ‘terkejut’ pada semangat CIA yang ditunjukkan ketika mengawasi sekutu-sekutu AS.
Kemudian dua perusahaan baru membeli aset Crypto setelah dilikuidasi pada 2018, yakni CyOne Security dan Crypto International.

Kedua perusahaan pemilik Crypto itu kini membantah memiliki hubungan dengan badan intelijen AS maupun Jerman.
CyOne diyakini memiliki hubungan “lebih substansial” dengan Crypto AS, melalui chief executive officer (CEO) saat ini, Andreas Linde, yang memegang gelar itu selama dua dekade ketika Crypto masih dimiliki oleh CIA.

Hingga kini CIA belum memberikan komentar soal laporan tersebut. Namun, Crypto menyatakan sangat terganggu dengan pemberitaan itu.

“Sangat mengganggu. Kami tidak memiliki hubungan dengan CIA atau BND. Kami saat ini masih menilai situasi dan akan memberikan komentar setelah mendapat gambaran utuh,” demikian pernyataan resmi Crypto.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jaga Demokrasi Pilkada Papua, Pemerintah Antisipasi Gangguan OPM

PAPUA — Pemerintah dan aparat keamanan berkomitmen kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas demi kelancaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)...
- Advertisement -

Baca berita yang ini