MATA INDONESIA, JAKARTA – Swedia tetap teguh pada pendirian dengan tidak melakukan lockdown -di saat negara-negara lain tengah berjuang menghadapi gelombang kedua pandemi virus corona.
Meski demikian, Swedia tetap berjuang melawan wabah virus corona yang telah menewaskan lebih dari 6 ribu warganya. Negara Nordik berpenduduk 10 juta orang itu telah menarik perhatian dunia dengan pendekatan dan sentuhan lembutnya dalam memerangi virus corona.
Setidaknya terdapat 5,990 jumlah kasus baru dilaporkan pada Jumat (13/11) dan menjadi yang tertinggi sejak wabah virus corona menyerang Swedia. Sebanyak 42 kematian tercatat, menjadi yang tertinggi selama tiga bulan belakangan. Meski demikian, pemerintah Swedia tetap tidak mengubah stategi mereka.
“Tidak, kami akan tetap berada di jalur ini. Ini merupakan cara kami bekerja di Swedia. Kami sangat memahami hal ini dan sangat mematuhi aturan,” kata kepala Epidemologi, Andres Tegnell, melansir Reuters, Sabtu, 14 November 2020.
Berbeda dengan banyak negara lain di dunia, Swedia tetap membuka sekolah, restoran, dan bisnis lain dibiarkan berjalan seperti biasanya. Sebaliknya, Swedia fokus pada menjaga jarak sosial dan kebersihan, menghindari transportasi umum, serta aktivitas dalam ruangan yang padat.
Pendekatan ini menuai pro dan kontra, sebagian memberikan kritik, lainnya melayangkan pujian. Konferensi pers yang kerap di lakukan Tegnell juga menarik perhatian para penonton.
Beberapa orang di Swedia bahkan rela mentato tubuh mereka dengan wajah Tegnell. Adapula kaos bertuliskan “In Tegnell We Trust” yang kini mulai marak dipakai warga di jalan-jalan di kota Stockholm.
Seperti dikatakan sebelumnya, tidak semua orang setuju dengan kebijakan yang diterapkan Tegnell. Ia juga menerima ancaman pembunuhan dari orang-orang yang menuduhnya melakukan kebijakan yang sembrono.