Gelar Upacara Virtual, Keluarga Besar Tentara Pelajar Kenang Perjuangan Orangtuanya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Penyebaran wabah corona (covid-19) membuat acara peringatan HUT RI ke-75 digelar secara virtual. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangat Persatuan Keluarga Besar – Pelajar Pejuang Kemerdekaan (PKB-PPK) untuk mengenang perjuangan orang tua dan eyang-eyang mereka untuk membantu memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah.

“Perjuangan kemerdekaan pada masanya tidak lepas dari peran serta pelajar yang berusaha mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia” ujar Ketua PKB-PPK Gatut Putranto yang juga menjadi perwakilan generasi ke-2 pada Senin, 17 Agustus 2020.

Menurut Gatut, Tentara Pelajar dan Pelajar Pejuang Kemerdekaan adalah suatu kesatuan militer yang ikut mempertahan kemerdekaan Indonesia. Saat itu para anggotanya terdiri dari sebagian besar pelajar SMP dan SMA/sederajat berusia di antara 14-18 tahun dan sebagian kecil mahasiswa.

Ada beberapa istilah untuk menyebutkan tentara pelajar. Misalnya di Jawa Timur, kelompok ini dikenal dengan sebutan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Kemudian, di Jogja dan Solo disebut dengan Tentara Pelajar (TP).

Selanjutnya di sebagian Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogja dikenal dengan Tentara Zeni Pelajar (TGP). Lalu di Boyolali ada sung apriliung (SA). Di Banyumas ada Mas Tepe dan pasukan pelajar IMAM MUDA.

”Di Jawa Barat ada Tentara Pelajar Siliwangi. Di Sumatera Selatan ada Tentara Pelajar Sriwijaya. Di Pati ada pasukan T, serta di berbagai daerah di pulau sumatera, Jawa dan Bali,” kata Gatut.

Gatut menjelaskan bahwa awal mula keterlibatan Tentara Pelajar, ketika Indonesia menghadapi Agresi Belanda yang ke-II. Oleh Presiden Republik Indonesia (RI) kala itu, Soekarno, Kesatuan Pelajar Pejuang Bersenjata dimasukan dalam kesatuan otonom dalam jajaran Tentara Nasional Indonesia yakni Brigade 17 TNI dengan komandan Letkol Ir.Soedarto.

Selanjutnya Brigade 17 dibagi menjadi 5 Detasemen dengan berbagai rumpunnya. Detasemen 1 adalah TRIP di Jawa Timur dengan komandan Detasemen Mayor Mas Isman. Detasemen II TP Solo di Solo dengan komandannya Mayor Ahmadi. Detasemen III di Jogja, TP Jogja, dengan komandannya Kapten Martono. Detasemen IV TP Siliwangi di Jawa Barat dengan komandannya Kapten Solihin GP. Detasemen 5 atau Detasemen Khusus Tentara Zeni Pelajar (TGP) dikomandani Kapten Hartawan.

“Sedangkan Kesatuan Pejuang Pelajar lainnya bergabung dalam Brigade TNI lainnya seperti SA yang bergabung didalam Brigade 5 panembahan senopati dengan komandannya Letkol Ignatius Slamet Riyadi,” ujarnya.

Seiring berjalannya waktu nama Tentara Pelajar diberikan kepada Ikatan Pertahanan Pelajar Indonesia setelah melebur menjadi Brigade 17 TNI pada tahun 1948 dibawah kendali markas besar komando Jawa (NBKD).

Meskipun secara resmi ada pembagian di wilayah, komando pergerakan kesatuan pelajar yang hanya ada di Indonesia memiliki mobilitas yang sangat fleksibel antara satu dengan yang lain. Mereka dapat bertukar wilayah atau bahkan berpindah-pindah kesatuan. Caranya hanya cukup memberitahukan markas komando atau komandan kesatuan setempat.

“Hal ini dikarenakan faktor situasional karena status mereka sebenarnya adalah pelajar atau mahasiswa aktif yang sewaktu-waktu bila negara memanggil untuk berjuang mereka akan berubah status menjadi tentara aktif,” kata Gatut.

Tentara Pelajar pun aktif dalam pertempuran yang terjadi di wilayah mereka masing-masing dan pada saat yang bersamaan banyak pula anggotanya yang gugur dalam pertempuran-pertempuran tersebut. Kelompok ini pun akhirnya secara resmi dibubarkan pada awal 1951 dalam sebuah upacara demobilisasi.

Masing-masing dari mereka diberikan penghargaan oleh pemerintah dan Kemudian masing-masing anggota diberikan dua pilihan. Yang pertama, melanjutkan studi yang sempat terbengkalai, saat menjadi Tentara Pelajar. Atau melanjutkan karir di TNI ataupun di Kepolisian Republik Indonesia.

“Untuk menghormati jasa-jasa para anggota pahlawan tentara pelajar dan Pelajar Pejuang Kemerdekaan, kini berbagai nama mereka diabadikan menjadi nama-nama jalan di berbagai kota besar di wilayah Indonesia,” ujar Gatut.

Selanjutnya dalam momen berbahagia ini, Mantan Tentara Pelajar Detasemen II-17 Eyang Imam Supardjo menyelipkan pesan kepada para generari muda. Ia berpesan untuk mengisi kemerdekaan dengan optimisme dan kerja nyata.

“Bekerja, bekerja dan bekerja dengan cerdas, cermat dan cerdik. Sekali merdeka tetap merdeka” kata sosok yang pernah tergabung dalam kesatuan MASTEPE tersebut.

Ia juga berpesan agar generasi penerus terus berjuang baik melalui karya nyata ataupun jalan diplomasi. Untuk itu, kemampuan penguasaan bahasa asing sangatlah diperlukan. “Kalo bisa menguasai minimal 2 hingga lebih dari 3 bahasa asing,” ujarnya.

Dalam acara peringatan HUT RI tersebut, turut hadir beberapa publik figur yang juga merupakan Generasi ke-3 atau cucu para mantan Tentara Pelajar dari rumpun SA/CSA. Salah Satunya adalah Astara dari Grup Band RAN dan Didit Maulana yang dikenal memiliki karya Batik ‘Ikat Indonesia’.

Astara pun mengajak generasi penerus untuk terus mengembangkan kreativitas dalam bentuk karya nyata untuk Indonesia yang lebih maju.

Sementara Didit mengatakan, para generasi muda perlu melanjutkan perjuangan para mantan tentara pelajar. “Saat ini bentuk perjuangan kita berbeda dengan cara bersama-sama memajukan kesejahteraan bangsa melalui dukungan nyata terhadap produk lokal dan bangga memakai produk buatan Indonesia,” katanya.

Sebagai informasi, PKB-PPK merupakan organisasi paguyuban keluarga besar mantan tentara pelajar yang beranggotakan dari TRIP (Jawa Timur), TP 217 (Jawa Tengah), 317 (Jawa Barat), SA/CSA, TP Kedu Selatan, TGP, Laskar Kere, Imam Muda, Mas Tepe (Purwokerto) hingga Resimen Mahasiswa.

Dari luar Jawa, ada TP Aceh, TP Sumatera Utara, TP Sumatera Selatan, TP Sriwijaya (Sumatera Selatan) dan TP Sulawesi.

PKB-PPK selaku organisasi masyarakat memiliki beberapa departemen yang terinspirasi dari semangat perjuangan orang tua atau kakek mereka di zaman pasca kemerdekaan, antara lain Departemen Kesejahteraan, Departemen Sosial dan Budaya, Diklat dan Lingkungan Hidup, Departemen Pengembangan Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan.

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini