Gegara Ribut Tarif Angkot Bikin Makassar Jadi Berdarah

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Di kalangan mahasiswa Makassar, setiap 24 April selalu dikenang sebagai April Makassar Berdarah (Amarah). Itu adalah gelombang protes mahasiswa paling brutal dan berdarah yang pemicunya adalah tingginya tarif angkot untuk mahasiswa.

Awalnya adalah 21 April 1996, saat mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) melakukan unjuk rasa menuntut pemerataan tarif angkot antara mahasiwa dan penumpang umum.

Dalam aksinya mahasiswa menahan bus Damri yang kemudian dihancurkan. Akibatnya Brimob dan pasukan Armed TNI pun turun mengamankan kerusuhan itu.

Namun hasilnya justru semakin parah. Perang batu antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan tidak terhindarkan.

Rupanya aksi itu tidak selesai dalam satu hari. Puncaknya terjadi pada 24 April 1996, saat mahasiswa mempersenjatai diri bukan hanya dengan batu, tetapi benda-benda berbahaya lainnya seperti parang dan panah.

Akibatnya seorang anggota Armed tertembus anak panah dari pelipis hingga mendekati telinga.

Peristiwa itu membuat marah aparat keamanan. Mereka pun mengejar mahasiswa hingga ke ruang-ruang kuliah UMI.

Selain itu tiga mahasiswa meninggal dunia karena ditenggelamkan di sungai. Semuanya adalah mahasiswa UMI.

Keesokan harinya Makassar lumpuh total akibat seluruh mahasiswa memenuhi semua ruas jalan di kota itu. Kondisi itu berlangsung selama lima hari hingga 30 April 2019.

Akibatnya Komnas HAM turun tangan karena menilai ada ndikasi pelanggaran HAM pada peristiwa itu.

Akhirnya disepakatilah sebuah piagam kerukunan yang ditandatangani pihak yang bertikai seperti unsur Pemerintah Kota Ujung Pandang, Pemprov Sulsel, Kasdam VII Wirabuana, Wakapolda Sulseltra, DPRD Sulsel, Organda, Tokoh Masyarakat, Pimpinan Perguruan Tinggi, Perwakilan Mahasiswa dan Komnas HAM.

Mahasiswa Makassar hingga kini memperingatinya dengan sebutan Tragedi Amarah.

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini