MATA INDONESIA, JAKARTA – Aksi mahasiswa 11 April 2022, terbukti ditunggangi kepentingan sekelompok orang yang menjadi penyandang dana atau bohir aksi itu.
Ada juga operator lapangan yang berusaha membuat kerusuhan di ibu kota.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis (LKS) PERSPEKTIF, Andreas Vincent Wenas melalui pernyataan tertulisnya yang dikutip 12 April 2022.
“Tapi mereka bermain di belakang layar. Para pengecut. Para penikam dari belakang, gaya Brutus,” ujar Andreas.
Para bohir, menurut informasi yang diterima Andreas, agak kecewa dengan aksi 11 April tersebut. Penyebabnya program kerusuhan besar-besaran di ibu kota yang dirancangnya gagal total.
Karena insiden penganiayaan Ade Armando terjadinya terlalu cepat. Akibatnya, tidak bisa memicu kerusuhan yang lebih luas lagi.
Namun, Andreas menegaskan tindakan barbar, biadab dan pengecut yang telah dilakukan terhadap seorang Ade Armando patut dikutuk.
Apalagi mereka menggunakan kata-kata yang tak pantas diucapkan di bulan suci Ramadan. ”Darahnya halal!, penista agama!”, dan seruan lain yang kerap kita dengar dipekikan oleh kelompok yang itu-itu juga,” ujarnya.
Menurut Andreas, para penyusup ini menunggangi dinamika demokrasi. Para mahasiswa mau menyatakan pendapat, dan menyatakan pendapat itu sah-sah saja di negeri ini. Tak ada masalah soal itu. ”Kebebasan menyatakan pendapat oleh para mahasiswa itu pun aman-aman saja, sampai pecahnya insiden penganiayaan Ade Armando. Fora kebebasan menyatakan pendapat itu tercemar,” katanya.
Situasi demokratis itu jadi tidak aman untuk menyatakan pendapat. Lantaran sekelompok orang serta merta mengeroyok seorang Ade Armando yang tanpa daya dihajar habis-habisan. ”Tanpa peri kemanusiaan. Sungguh jahat, biadab sekali,” katanya.
Menurut Andreas, para penyusup ini tak berani adu argumentasi secara terhormat. Nalar mereka butek dan buntu. ”Mereka pikir dengan menelanjangi seorang Ade Armando bisa mempermalukannya,” katanya.
Kenyataannya, simpati kepada Ade Armando terus mengalir dari berbagai kalangan. Dukungan moral dan material datang dari mana-mana.
Andreas mengatakan Ade Armando jadi tumbal sekaligus simbol perlawanan, yang telah memporak-porandakan rencana jahat para penjarah demokrasi.