MATA INDONESIA, JAKARTA – Pertemuan G20 menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat ketahanan keuangan global dalam jangka panjang.
Salah satu di antaranya, memberikan dukungan bagi negara miskin dan berkembang melalui pemberian penundaan pembayaran utang luar negeri. Serta restrukturisasi utang luar negeri oleh negara G20.
Untuk itu, G20 mendiskusikan upaya meningkatkan aliran modal asing yang berkelanjutan. Dan mendorong kaji ulang pandangan institusional Dana Moneter Internasional mengenai liberalisasi dan pengelolaan arus modal jangka pendek.
Pandemi Covid-19 juga telah berdampak pada terganggunya rantai pasok perdagangan dan pembiayaan internasional. Untuk mengatasi hal tersebut, Presidensi G20 Indonesia akan mendiskusikan penggunaan multi-currency dalam perdagangan dan pembiayaan secara berimbang.
Dengan memperhatikan manfaat dan biayanya. Selain itu, G20 juga berkomitmen untuk memperkuat jaring pengaman keuangan global (Global Financial Safety Net) untuk dapat membantu negara dalam menghadapi gejolak perekonomian global.
Demikian pernyataan Bank Indonesia-Kementerian Keuangan usai pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20, pada Jumat 18 Februari 2022.
Dalam pertemuan itu, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 telah mengadopsi komunike. Ini merupakan pernyataan bersama para anggota forum G20 yang berisikan komitmen bersama, pernyataan-pernyataan bersama yang disampaikan kepada publik. Terdiri dari isu-isu global terkini yang menjadi perhatian bersama dan merupakan hasil konsensus anggota forum G20.
Perbedaan kapasitas dalam mengatasi pandemi Covid-19, termasuk salah satunya melalui penyediaan vaksin di berbagai negara. Hal ini merupakan faktor utama yang menyebabkan pemulihan yang tidak merata. Faktor-faktor ini tentu akan membentuk lanskap ekonomi global ke depan.
Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral anggota G20 berkomitmen untuk memastikan akses ke vaksin yang aman, tepat waktu, adil dan terjangkau. Terutama bagi negara berpenghasilan rendah dan menengah. Selain itu meningkatkan dialog dan kerja sama global tentang isu-isu yang berkaitan dengan pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi (PPR). Serta berkontribusi terhadap penguatan arsitektur kesehatan global.