MATA INDONESIA, JAKARTA – Terminologi ‘hijau’ kini mulai seringkali kita dengar. Kata hijau itu tentu tidak berdiri sendiri. Kata hijau bisa mencakup berbagai sektor dengan spektrum yang sangat luas. Mulai persoalan energi, industri, hingga belakangan meluas ke ekonomi.
Sebagai bagian negara dunia, Indonesia pun menyadari potensi dan peluang itu. Pemerintah dalam pelbagai kesempatan selalu mendorong implementasi ekonomi hijau, baik itu energi hijau, keuangan hijau, teknologi hijau hingga produk hijau.
Bahkan, dalam rangka mengakselerasinya, Indonesia juga sudah bergabung dengan clean energy demand initiative (CEDI). Ini adalah inisiatif dari Pemerintah Amerika Serikat yang bersedia melakukan investasi di sektor energi bersih. Bagaimana implementasi Indonesia menuju energi hijau?
Bangsa ini sudah menetapkan sejumlah target. Misalnya, penggunaan energi baru dan terbarukan. Porsinya sudah mencapai 23 persen di energi primer pada 2025.
Dengan sejumlah target itu pengurangan emisi karbon bisa mencapai 29–41 persen berdasarkan target Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030. Dan net zero emission pada 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional.
Dalam pelbagai kesempatan Presiden Joko Widodo juga sudah menyampaikan gagasannya berkaitan dengan tuntutan dunia untuk ekonomi hijau.
Menurut Kepala Negara, pemerintah memiliki strategi besar menuju ekonomi hijau. Presiden Jokowi menambahkan, Indonesia akan mengarah ke ekonomi hijau atau green economy. Sebab, bangsa ini mempunyai kekuatan besar. “Kita harus mulai menatanya,” ujarnya.
Bahkan, potensi itu semakin besar dan menjadi peluang bagi Indonesia karena sejumlah negara di Benua Biru Eropa dan Amerika sudah tidak mau menerima produk yang berasal dari energi fosil. “Kita memiliki potensi ekonomi hijau tersebut.”
Masalah ekonomi dan energi hijau kembali disuarakan Presiden Jokowi ketika membuka agenda Presidensi G20 Indonesia terutama Business 20 (B20) Inception Meeting 2022. Di acara yang berlangsung secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis 27 Januari 2022, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong B20 untuk berkontribusi dalam upaya mempercepat transformasi energi ini.
“Kami mengharapkan kontribusi B20 untuk mempercepat transformasi energi yang mulus, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat kecil,” ujarnya.
Solusi global dalam hal pendanaan dan kemitraan, imbuh Presiden, merupakan agenda yang harus menjadi perhatian utama termasuk alih teknologi untuk mendorong produksi berbasis ekonomi hijau. “Potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk pendanaan dan investasi,” katanya.
Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan sebesar 418 gigawatt, baik itu yang bersumber dari air, panas bumi, angin, maupun matahari. Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya mineral logam untuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.