MATA INDONESIA, JAKARTA-Flu babi Afrika menyerang Kabupaten Bengkulu Utara. Hal itu ditandai dengan matinya 12 ekor babi hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Hewan tersebut ditemukan mati akibat terinfeksi virus African Swine Fever (ASF) atau bisa disebut flu babi Afrika.
Kepala Urusan Program dan Kerja Sama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung Erni Suyati mengatakan mendapatkan informasi dari tim di resor pada 27 Agustus 2021 bahwa banyak babi hutan mati mendadak di dalam kawasan konservasi.
“Sebelumnya, kami sudah mendapatkan informasi di luar kawasan konservasi ada babi hutan mati mendadak dan kami tidak melakukan investigasi penyakit karena sudah ada instansi terkait seperti dinas peternakan dan kesehatan hewan,” kata Erni, Senin 6 September 2021.
Setelah mendapat laporan itu, ia melakukan investigasi di dalam kawasan dan melakukan bedah bangkai pada 28 Agustus 2021 dengan mengambil sampel babi tersebut dan melakukan pemeriksaan verologi untuk mendeteksi penyakit ASF.
Selanjutnya, BKSDA Bengkulu berkoordinasi dengan Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian di Bengkulu. Dari pemeriksaan diketahui 12 babi hutan yang mati mendadak tersebut positif terinfeksi virus African Swine Fever.
“Kami harus berkolaborasi dengan balai veteriner untuk penanganan bangkai untuk mencegah penularan lebih lanjut,” katanya.
Virus ASF hanya menyerang babi hutan dan babi peliharaan. Penularan virus ini termasuk sangat cepat melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Bahkan, kematian akibat virus ASF sangat tinggi dalam lima hari.
Pada 2019-2021, menurut Erni, kasus ASF sudah dilaporkan terjadi di provinsi tetangga dan saat ini masuk ke wilayah Bengkulu. Bengkulu termasuk pemasok daging babi hutan dalam jumlah besar ke luar provinsi.
Saat ini kata dia, belum ada vaksin untuk menghindari penyebaran virus ASF sebab virus ini masih baru di Indonesia dan tidak berpengaruh bagi manusia. Manusia bisa membawa virus ke babi lainnya atau bisa disebut perantara.
Bangkai babi hutan yang positif harus dimusnahkan atau dikubur dengan dibungkus plastik. Bangkai dikubur dengan kedalaman dua meter di dalam tanah untuk memutus penularannya.
“Kami khawatirkan virus ini menyerang babi gunung yang spesiesnya mulai langka sebab babi hutan di Bengkulu kemungkinan sudah terinfeksi,” katanya.