Firasat Sesepuh Suku Tengger Bahwa Gunung Bromo Bakal Meletus

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Beberapa gunung di Indonesia, mulai terlihat menunjukan aktivitasnya dengan menyemburkan awan panas dan abu vulkanik. Hal itu, membuat sejumlah gunung ditakutkan ikut terdampak dan mulai mengaktifkan diri.

Hal itu membuat sesepuh suku Tengger di Gunung Bromo ikut was-was dengan situasi seperti ini. Karena ditakutkan gunung terkenal dengan pasir hitamnya ini bakal mengikuti jejak gunung tetangganya yakni Semeru.

“Para sesepuh Suku Tengger telah menggelar pertemuan dan ditakutkan letusan awan panas di Gunung Semeru berimbas ke Gunung Bromo karena cukup dekat,” kata tokoh masyarakat Tengger yang juga pengusaha hotel di kawasan Bromo Digdoyo Djamaluddin, mengutip tempo.co.

Dia mengatakan adanya siklus lima tahunan erupsi Bromo yang terakhir terjadi pada 2015. Pada erupsi 2010, Bromo mengeluarkan material abu vulkanik hitam. Sesekali juga melontarkan bom vulkanik atau material pijar dari kawah utamanya. “Erupsi serupa berulang pada 2015,” katanya.

Digdoyo yang karib disapa Yoyo mengatakan masyarakat setempat menganggap Bromo dalam kondisi ‘biasa-biasa saja’. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) sendiri menyematkan status Waspada, Level II.

Status itu dipastikan tak berubah meski rekaman seismograf Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Bromo merekam aktivitas tremor menerus pada Sabtu, 16 Januari 2021. Teramati asap kawah utama putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 50-300 meter dari puncak.

Tercium pula bau belerang ringan di Pos PGA Bromo yang berlokasi di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Masyarakat di sekitar Bromo, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas.

“Yang pasti, dilarang ada yang memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif,” katanya.

Gunung Bromo memiliki tipikal erupsi yang tidak menerus. Erupsi terakhir terjadi pada 19 Juli 2019 dengan tinggi kolom erupsi tidak teramati. VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit pada 28 Desember 2020, pukul 05:50:00 WIB. Saat itu abu vulkanik teramati dengan ketinggian 2.829 meter di atas permukaan laut atau sekitar 500 meter di atas puncak.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini