Filipina Sebut Milisi Cina Menyebar di Laut Cina Selatan

Baca Juga

MATA INDONESIA, MANILA – Filipina melaporkan bahwa ratusan kapal Cina yang diawaki oleh milisi berada di Laut Cina Selatan dan menyebar ke wilayah yang lebih luas. Namun, permintaan Filipina agar ratusan kapal Cina meninggalkan wilayah tersebut ditentang Beijing.

Manila menggambarkan kehadiran ratusan kapal Cina yang berada di dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sepanjang 200 mil di Whitsun Reef mengancam wilayahnya. Sementara Kanada, Australia, Amerika Serikat, Jepang dan sejumlah negara lain prihatin dengan sikap Cina.

Kedutaan Besar Cina di Manila menyatakan bahwa sejumlah kapal nelayan yang berada di wilayah terumbu karang, Whitsun hanyalah kapal penangkap ikan yang berlindung dari gelombang laut yang ganas dan tidak ada milisi atau aparat keamanan di dalam kapal tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, satuan tugas Filipina di Laut Cina Selatan prihatin atas kehadiran milisi Cina yang melanggar hukum dan enggan mundur dari wilayah yang dipersengketakan tersebut.

“Baik Filipina maupun komunitas internasional tidak akan pernah menerima pernyataan Cina tentang apa yang disebut kedaulatan terintegrasi yang tak terbantahkan di hampir seluruh Laut Cina Selatan,” kata gugus tugas tersebut, yang mendesak penarikan segera kapal-kapal itu, melansir Reuters, Rabu, 31 Maret 2021.

Mengutip data intelijen, gugus tugas tersebut mengatakan sebanyak 44 kapal masih berada di Whitsun Reef dan sekitar 200 lainnya tersebar di sekitar bagian lain dari pulau Spratly, termasuk di dekat pulau-pulau buatan Cina yang dimiliterisasi, di mana empat kapal angkatan lautnya terlihat.

Presiden Rodrigo Duterte menegaskan kembali kepada Duta Besar Cina, Huang Xilian bahwa Filipina telah memenangkan kasus arbitrase penting tahun 2016, yang memperjelas kedaulatannya di tengah klaim Beijing.

Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, serta Negeri Tirai Bambu dan Taiwan turut mengklaim terorial di Laut Cina Selatan merupakan jalur kunci perdagangan dunia, di mana 25 persen arus pelayaran dunia melewati jalur tersebut dengan valuasi barang mencapai angka 3,4 triliun dolar AS.

Maka jelas, bila kemudian wilayah perairan tersebut menjadi magnet bagi negara-negara yang memiliki visi perdagangan dan pertahanan. Tak mengherankan juga, bila kemudian perseteruan akan siapa penguasa Laut Cina Selatan tak kunjung usai, terutama antara Amerika Serikat dan Beijing.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini