MATA INDONESIA, JAKARTA – Aktivis Sosial Politik dan Pegiat Media Sosial, Ferdinand Hutahaean mengecam peristiwa bentrokan antara masyarakat dan PT Toba Pulp Lestari (TPL) yang terjadi pada 18 Mei 2021 di Desa Natumingka, Kabupaten Borbor, Kabupaten Toba.
Ia mendesak agar pihak perusahaan tersebut menghentikan kekerasan terhadap masyarakat di desa Natumingka.
“Saya mendesak kepada pihak PT TPL untuk me nghentikan seluruh upaya-upaya kekerasan apapun terhadap masyarakat di desa Natumingka,” kata Ferdinand dalam rilisnya, Kamis 20 Mei 2021.
Mantan politisi Partai Demokrat ini menegaskan bahwa masyarakat di Desa Natumingka ini adalah warga pribumi asli dan lebih berhak atas tanah tersebut. Maka, ia mengingatkan agar perusahaan itu tidak memancing amarah masyarakat.
“Saya mengingatkan PT TPL jangan sampai masyarakat Toba seluruhnya nanti marah kepada PT TPL yang sejak dulu banyak membuat masalah,” kata Ferdinand.
Adapun pernyaaan ini muncul karena peristiwa bentrokan yang terjadi antara masyarakat dan karyawan PT Toba Pulp Lestari (TPL) yang dipicu rencana perusahaan tersebut menanam ekualiptus di atas tanah adat masyarakat Natumingka.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak, Roganda Simanjuntak menegaskan bahwa bentrokan berawal saat ratusan petugas keamanan dan karyawan dari perusahaan tersebut datang ke lahan itu. Mereka membawa truk penuh dengan bibit eukaliptus untuk ditanami.
Masyarakat menolak lahan itu jika ditanami bibit eukaliptus. Mereka membantah klaim bahwa lahan seluas 600 hektare tersebut masuk dalam konsesi PT TPL.
“Masyarakat sudah ratusan tahun menempati lahan itu. Di sana sudah ada 13 generasi. Tapi PT TPL mengklaim itu konsesi mereka. Di wilayah adat itu PT TPL mengklaim 600 hektare sebagai wilayah konsesi,” kata Roganda.