MATA INDONESIA, JAKARTA – Setelah kudeta militer yang terjadi pada 1 Februari 2021 lalu, warga Myanmar tidak lagi bisa mengakses Facebook sementara waktu.
Akibatnya, warga Myanmar membanjiri Twitter untuk melayangkan protes terhadap kudeta militer, dan dukungan untuk Aung San Suu Kyi.
Mengutip Reuters, Jumat 5 Februari 2021, ramai warga Myanmar menggunakan tagar dukungan untuk demokrasi dan mengkritik pedas tindakan militer yang telah melakukan kudeta ilegal.
Hashtag #RespectOurVotes (Hormati Suara Kami), #HearTheVoiceofMyanmar (Dengarkan Suara Myanmar), dan #SaveMyanmar (Selamatkan Myanmar) semuanya memiliki ratusan ribu interaksi pada Jumat, menurut pelacak tagar BrandMentions.
Otoritas militer melarang Facebook Inc hingga 7 Februari demi “stabilitas”. Namun, butuh beberapa jam bagi penyedia internet untuk memberlakukan larangan tersebut. Sementar para aktivis mulai membuat akun Twitter dan membagikannya di profil Facebook mereka.
Dari sekitar 1.500 akun Twitter baru yang ditinjau oleh Reuters dan diaktifkan dalam dua hari terakhir menggunakan tagar terkait Myanmar, sebagian besar mengidentifikasi diri mereka sebagai penentang pemerintah militer. Sementara beberapa lainnya adalah akun pro militer dan mengunggah tautan ke siaran pers junta.