MATA INDONESIA, JAKARTA – Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan meminta Presiden Rusia, Vladimir Putin membujuk Armenia bernegosiasi dalam konflik perebutan Nagorno-Karabakh dengan Azerbaijan. Erdogan juga menyerukan resolusi damai kepada kedua negara.
Setidaknya 1.000 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran selama hampir enam bulan di wilayah Nagorno-Karabakh –kawasan yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, namun dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.
Erdogan sebelumnya mengatakan, Turki dan Rusia dapat bekerja sama menyelesaikan konflik, dengan syarat Yerevan harus bersedia duduk di meja perundingan.
Dalam pernyataan terpisah, Kremlin melaporkan Presiden Putih telah memberi informasi kepada Erdogan mengenai panggilan teleponnya dengan pemimpin Armenia dan Azerbaijan.
Ia menambahkan, pembahasan difokuskan untuk menemukan opsi penghentian permusuhan yang cepat baik secara politik maupun diplomatik di kawasan Nagorno-Karabakh.
“Kesiapan bersama untuk bekerja sama guna mencapai resolusi damai atas konflik telah dikonfirmasi,” demikian pernyataan pihak Kremlin, melansir Reuters, Minggu, 8 November 2020.
Selain komunikasi yang dilakukan dua kepala negara Turki dan Rusia, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu juga mengadakan panggilan telepon guna membahas masalah serupa.
Sebanyak tiga gencatan senjata tak mampu menghentikan pertempuran paling berdarah di wilayah Kaukasus Selatan yang telah berlangsung selama lebih dari 25 tahun. Kedua belah pihak saling menuduh melancarkan serangan dalam beberapa jam setelah perjanjian.