Epidemiolog Ingatkan Bahaya ‘Perangkap Pandemi’ Saat Kondisi Membaik

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat ini banyak masyarakat menganggap kondisi pandemi Covid-19 mulai membaik. Epidemiolog UI (Universitas Indonesia) Pandu Riono mengingatkan sebagai sebuah jebakan.

Indonesia dihantam lonjakan kasus Covid-19 sejak bulan Juni 2021 akibat kemunculan varian virus Delta. Pemerintah sampai menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, kini PPKM Level 4, demi menekan lonjakan kasus Covid-19. Penerapan PPKM Level 4 yang sudah dimulai sejak 25 Juli 2021 akan berakhir besok, 2 Agustus 2021. Pemerintah belum memutuskan apakah PPKM Level 4 akan diperpanjang atau tidak penerapannya.

Pandu Riono mengatakan ada dua syarat pemerintah bisa menurunkan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Ia mengatakan kedua hal itu adalah jika masyarakat sudah disiplin menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan pemerintah bisa menerapkan 3T (testing, tracing, treatment) secara besar-besar dan meluas.

”Kalau mau menurunkan level dari 4 ke 3, atau 3 ke 2, itu harus diperkuat. Kalau enggak akan terjadi kenaikan lagi,” kata Pandu.

Pandu mengatakan sepanjang penerapan pembatasan Level 4, sejumlah indikator mungkin terlihat menurun. Namun, ia mengatakan efek ini tak akan bisa dipertahankan jika pemerintah tak melakukan langkah antisipasi apapun setelah menurunkan level pembatasan.

Untuk mencegah kenaikan, Pandu mengatakan maka masyarakat harus benar-benar menerapkan 3M. Ia mempertanyakan pola sosialisasi pemerintah dalam mendorong perubahan perilaku di tengah masyarakat. Pasalnya, masih banyak bukti tingkat kepatuhan berdisiplin protokol kesehatan yang rendah.

”Harus ada pesan yang disampaikan. Terjadi perubahan perilaku 3M, itu baru berdampak. Kalau cuma konferensi pers, yang tahu cuma yang baca dan nonton media,” kata Pandu.

Pandu juga melihat penerapan 3T oleh pemerintah masih sangat lemah, terutama pelacakan (tracing). Dari satu orang konfirmasi positif, Indonesia hanya dapat melacak kurang dari 5 orang suspek. Padahal target dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saja, mencapai 20-30 orang suspek dari 1 orang konfirmasi positif.

”Padahal kalau kita bisa menemukan orang yang suspek, itu artinya orang itu harus diisolasi. Dengan adanya isolasi itu, maka kita melakukan PPKM terbatas, hanya lokal pada orang yang dianggap suspek. Kalau sekarang kan nasional, semua harus tinggal di rumah,” kata Pandu.

Dengan adanya perubahan perilaku di masyarakat yang lebih menerapkan 3M dan penguatan 3T, Pandu mengatakan diperpanjang atau tidaknya PPKM Level 4 tak akan jadi masalah. Ditambah dengan vaksinasi yang terus menerus, maka ia meyakini hal itu akan dapat membuat pandemi di Indonesia lebih bisa dikendalikan.

Terlepas dari itu, menjelang berakhirnya PPKM Level 4, organisasi relawan LaporCovid-19 mewanti-wanti agar masyarakat tidak kendur dalam meningkatkan kewaspadaan, ”Jangan terlena dengan kondisi pandemi yang ‘terlihat membaik’ di Jawa!” kata LaporCovid-19 di akun Twitter resmi mereka @LaporCovid pada 1 Agustus 2021.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Generasi Muda Harus Jaga Nilai Kemerdekaan di Tengah Gempuran Budaya Pop

Oleh: Aulia Sofyan Harahap )* Seluruh generasi muda Indonesia harus terus menjaga nilai kemerdekaan meski di tengah adanya berbagai macam gempuran budaya pop, termasuk yang sedangmenjadi tren belakangan ini yakni anime One Piece. Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, ruang digital terus ramai memperbincangkan adanya fenomena pengibaran bendera bajak lautdari serial anime One Piece.  Simbol tengkorak dengan topi jerami itu muncul di sejumlah lokasi, yang kemudianmenyulut pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian menganggapnya sebagaibentuk ekspresi semata, namun sebagian lainnya justru menilai bahwa pengibaranbendera One Piece itu sebagai salah satu bentuk upaya provokasi yang berpotensimengaburkan nilai-nilai sakral kemerdekaan. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Ahmad Muzani merespons seluruh haltersebut dengan pandangan yang lebih moderat. Ia memandang bahwa tindakantersebut sebagai ekspresi kreatif dari masyarakat, terutama pada para generasimuda yang tengah hidup dalam era digital dan budaya global.  Meski begitu, ia tetap menegaskan bahwa sejatinya semangat kebangsaan yang dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak akan pernah tergantikan oleh apapun bahkan termasuk keberadaan budaya pop sekalipun. Muzani meyakinibahwa di balik simbol asing yang diangkat tersebut, seluruh masyarakat sejatinyatetap menyimpan Merah Putih dalam lubuk hati mereka. Senada dengan hal itu, politikus Andi Arief memandang bahwa pengibaran benderatersebut memang bukan sebagai bentuk pemberontakan, melainkan sebagai simbolharapan. Ia membaca tindakan itu sebagai protes yang muncul dari keresahan, namun tetap mengandung semangat untuk membangun Indonesia tercinta. Bagi sebagian kalangan, ekspresi semacam itu bukan berarti meninggalkan kecintaanpada tanah air, tetapi justru sebagai bentuk pencarian atas harapan yang lebih baikbagi bangsa. Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli...
- Advertisement -

Baca berita yang ini