MINEWS, JAKARTA-Enam ribu tentara Sri Lanka dikerahkan untuk membantu perburuan para tersangka serangan bom di gereja dan hotel saat perayaan paskah. Hingga saat ini, 75 orang ditangkap dan diinterogasi terkait rentetan bom yang menewaskan 359 orang itu.
Melansir AFP, Kamis 25 April 2019, juru bicara militer Sri Lanka, Brigadir Sumith Atapattu, mengatakan pengerahan personel militer untuk membantu perburuan para tersangka ini mengalami penambahan. Dari yang tadinya sekitar 1.300 personel, menjadi 6.300 personel militer.
Tidak hanya Angkatan Darat saja, Angkatan Laut dan Angkatan Udara juga turut mengerahkan dua ribu personel. “Kami dipersenjatai dengan kekuatan untuk menggeledah, menyita, menangkap dan menahan di bawah aturan darurat,” katanya.
Diketahui, situasi darurat nasional yang ditetapkan pemerintah Sri Lanka sejak Senin 22 April 2019 tengah malam, memberikan kewenangan lebih luas pada kepolisian dan militer untuk menahan dan menginterogasi siapa saja tanpa perintah resmi dari pengadilan.
“Kami terlibat dalam tugas pengawalan statis, patroli dan membantu operasi pemblokiran dan penggeledahan,” kata Atapattu dalam pernyataannya.
Pemerintah Sri Lanka juga mengumumkan larangan mengoperasikan drone jenis apapun dan menyatakan izin yang sebelumnya diterbitkan untuk para operator komersial untuk drone ditangguhkan sementara.
Dituturkan Kepolisian Sri Lanka bahwa 16 tersangka lainnya ditangkap dalam operasi sejak Rabu 24 April 2019 malam. Mereka yang ditangkap diduga terkait dengan militan Jamaah Tauhid Nasional (NTJ) yang dituduh ada di balik rentetan ledakan yang mengguncang tiga gereja dan empat hotel di Sri Lanka pada Minggu 21 April lalu.
Dengan penangkapan itu, polisi Sri Lanka mengamankan sekitar 75 tersangka terkait rentetan bom mematikan tersebut. Sebagian besar tersangka yang ditangkap berkewarganegaraan Sri Lanka.
Otoritas Sri Lanka juga sedang menyelidiki kegagalan otoritas keamanan dalam menyikapi informasi awal soal rencana pengeboman saat Paskah oleh militan lokal bernama Jamaah Tauhid Nasional (NTJ). Informasi awal itu diterima sekitar dua pekan sebelum serangan bom terjadi.
Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, yang juga menjabat Menteri Pertahanan, Urusan Hukum dan Ketertiban telah bersumpah akan merombak sektor keamanan dan berjanji mengganti kepala kepolisian dan militer ‘dalam 24 jam’. Namun hingga Kamis 25 April 2019 belum ada pengumuman resmi soal pergantian tersebut.