Eksodus Masal, Libanon Krisis Dokter

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Fouad Boulos kembali ke Beirut pada 2007 dari Amerika Serikat (AS) usai pelatihan dalam bidang patologi dan kedokteran laboratorium. Ia yakin kembali ke Libanon adalah keputusan yang tepat, ia bahkan rela melepaskan status permanent residence AS.

Namun 14 tahun kemudian, Fouad memutuskan meninggalkan tanah airnya bersama istri dan kelima anaknya untuk kembali ke Negeri Paman Sam -mencoba peruntungannya dari awal.

Dalam setahun terakhir, Libanon dihadapi dengan sederet masalah serius, seperti pemberontakan rakyat melawan para pemimpin politiknya, kebangkrutan negara, dan sistem perbankan. Belum lagi virus corona yang menyerang Libanon pada Agustus lalu, juga ledakan hebat di pelabuhan yang menghancurkan sebagian wilayah Beirut.

Sederet peristiwa ini membuat sebagian warga memutuskan meninggalkan Libanon. Tak tanggung-tanggung, mereka yang pergi sebagian besar berprofesi sebagai dokter dan ahli bedah, lainnya berprofesi tak kalah mentereng

“Ini adalah eksodus masal. Ini akan terus berlanjut,” kata Fouad Boulos, Profesor Patologi dan Kedokteran Laboratorium di American University of Beirut (AUB), melansir Reuters, Kamis, 12 November 2020.

“Jika saya memiliki harapan, maka saya akan tetap tinggal, tetapi saya tidak memiliki harapan –tidak dalam waktu dekat atau dalam waktu dekat- untuk Libanon,” sambungnya.

Saat ia berbicara di kediamannya, di pegunungan di Beit Mery, kawasan hutan dengan pemandangan luas ke arah Beirut, sang istri tengah sibuk mengemasi barang-barang –siap untuk kembali ke Amerika Serikat.

Sementara salah satu putrinya terlihat sedang online, mengucapkan salam perpisahan kepada teman sekolah dan gurunya.

“Ini sungguh menghancurkan hati saya. Ini merupakan keputusan yang tersulit yang pernah saya buat, meninggalkan segalanya,” tambah sang professor.

Libanon mengalami perang saudara antara tahun 1975 hingga 1990. Berbagai kisruh yang terjadi membuat warga Libanon kehilangan harapan di masa depan. Mereka tidak hanya mengalami penurunan gaji, tetapi juga menghadapi kekurangan peralatan medis.

Ketua sindikat dokter, Sharaf Abou Sharaf mengatakan kepergian 400 dokter sepanjang tahun ini menimbulkan masalah besar, terutama bagi rumah sakit universitas tempat mereka praktik dan mengajar.

“Talenta yang berdarah ini bukan pertanda baik, apalagi jika situasinya berlangsung lama dan ada orang lain yang bersiap pergi,” kata Sharaf Abou Sharaf.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jelang Hari Buruh Sedunia, Polda DIY Serahkan Bantuan Sembako

Mata Indonesia, Yogyakarta – Memperingati Hari Buruh Sedunia, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H., menyerahkan bantuan sembako kepada Koperasi Konsumen Persatuan Buruh DIY di Gedung Pertemuan Bumi Putera Yogyakarta, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Selasa (30/4/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini